Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/01/2016, 07:35 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Angka kasus obesitas meningkat dari dekade ke dekade, membuat banyak orang berisiko terkena diabetes, penyakit jantung dan beberapa jenis kanker. Sejalan dengan meningkatnya jumlah orang-orang kegemukkan, industri diet dan penurunan berat badan juga meningkat.

Menurut Kevin D. Hall , penyidik senior dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases dan pencipta  NIH Body Weight Planner,  yang tidak meningkat adalah pemahaman banyak orang tentang diet dan program penurunan berat badan itu sendiri. Masih banyak mitos salah yang beredar dan inilah lima di antaranya.

 

1. Indeks massa tubuh adalah hitungan yang sia-sia.

Indeks massa tubuh (IMT) adalah metode sederhana dan telah dipakai secara luas untuk mengukur apakah seseorang kelebihan atau kekurangan berat badan atau berberat ideal.  IMT dihitung dengan cara membagi berat badan seseorang dengan tinggi badan dikuadratkan.

BMI sering dikritik, karena tidak membedakan otot dari lemak. Orang berotot dapat keliru diklasifikasikan sebagai kelebihan berat badan.

Tetapi meski memiliki keterbatasan, IMT  sangat terkait dengan lemak tubuh dan 80 persen pengukurannya terhadap orang yang kelebihan lemak, sudah tepat. 

Pengukuran sederhana lain seperti pengukuran lingkar pinggang mungkin lebih informatif, karena memberikan informasi tentang di mana kelebihan lemak disimpan di dalam tubuh.

 

2. Orang gemuk pasti tidak sehat.

Gagasan ini terus diulang oleh berbagai media dan membuat ribuan atau mungkin jutaan orang percaya.

Kenyataannya, lokasi di mana  lemak disimpan di dalam tubuh, lebih penting ketimbang jumlah total lemak yang Anda punya.

Orang dengan bentuk badan buah pir,  cenderung menyimpan lemak di bokong dan panggul, memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit seperti diabetes dan jantung dibanding mereka yang memiliki tubuh berbentuk buah apel yang cenderung menyimpan lemak di area perut.

Namun yang paling buruk adalah "lemak visceral" yang melekat di sekitar organ penting tubuh dan lemak hati.

Jadi, orang obesitas tapi berbentuk pir mungkin saja lebih sehat dibanding  orang obesitas atau dengan berat badan normal namun berbentuk apel. Kesadaran ini akhirnya melahirkan istilah yang dikenal dengan sebutan obesitas yang secara  metabolik sehat atau metabolically healthy obesity.

Selain itu, olahraga dapat membantu mengurangi efek negatif obesitas.  Orang obesitas namun aktif secara  fisik, memiliki risiko yang sama atau bahkan berisiko lebih kecil terkena penyakit kardiovaskular seperti jantung dibanding orang yang jumlah total lemaknya sedikit tapi kurang fit dan kurang aktivitas fisik.

Karena itu, semua orang, baik obesitas maupun tidak, harus didorong untuk rutin berolahraga.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau