JAKARTA, KOMPAS.com – Obat palsu merupakan obat yang tidak jelas proses pembuatannya. Obat palsu sebagian besar dijual di toko online dan toko obat tidak resmi. Obat palsu dibuat menyerupai obat asli secara fisik, dengan harga yang jauh lebih murah sehingga masyarakat tergiur. Nyawa pun menjadi taruhannya.
Ketua Komite Nasional Kajian Obat dan Pengobatan Komplementer Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Masfar Salim mengatakan, minum obat palsu bisa menyebabkan pengobatan gagal. Kandungan bahan aktif dalam obat palsu biasanya lebih rendah dari obat asli atau hanya berisi tepung, sehingga tidak ampuh mengobati penyakit.
“Ada pasien datang enggak sembuh-sembuh penyakitnya. Ternyata dia beli obat bukan di apotek, yang dibeli obat palsu,” kata Masfar dalam diskusi di Jakarta, Kamis (18/2/2016).
Dokter spesialis farmakologi klinik itu mengungkapkan, minum obat palsu juga berisiko mengalami resistensi antimikroba. Jika minum antibiotik palsu, tubuh pasien tidak mampu melawan kuman atau bakteri penyakit dan lama-kelamaan bisa menjadi resisten.
Masfar mengatakan, antibiotik seharusnya dibeli dengan resep dokter. Tidak boleh dibeli secara sembarangan.
“Waktu enggak sembuh, kuman di tenggorokan bisa meracuni ginjal dan jantung. Kalau sudah resisten dengan antibiotik, dikasih antibiotik baru itu enggak gampang,” terang Masfar yang juga dari Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba itu.
Bahaya lain, konsumsi obat palsu bisa berujung pada kematian, karena penyakit justru bertambah parah. Jika sembarangan membeli obat, reaksi alergi juga bisa muncul pada orang yang memiliki alergi.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Badan Sertifikasi Ikatan Apoteker Indonesia, Sugiyartono, mengatakan, obat palsu mengandung bahan aktif yang tidak jelas. Interaksi obat di dalam tubuh tidak diketahui pasti, sehingga bisa menimbulkan masalah kesehatan bagi pasien.
Belum lagi, pembuatan obat yang memungkinkan kontaminasi, karena tidak diproduksi di pabrik obat resmi.
Sementara itu, Ketua Umum International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) Luthfi Mardiansyah mengatakan, membeli obat palsu yang jauh lebih murah justru pada akhirnya bisa menjadikan pengobatan lebih mahal, karena penyakit tak kunjung sembuh atau bertambah parah.
Masyarakat diharapkan lebih sadar mengenai bahaya obat palsu dan dianjurkan hanya membeli obat di apotek atau toko obat resmi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.