Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Cara Efektif Memutihkan atau Menggelapkan Kulit

Kompas.com - 02/05/2016, 11:04 WIB

KOMPAS.com  Para ilmuwan berhasil menemukan cara mengontrol pigmentasi kulit. Penemuan tersebut akan berpengaruh pada proses pemutihan atau penggelapan (tan) kulit secara aman.

Warna kulit kita dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron, dua jenis hormon seks perempuan. Estrogen menggelapkan kulit, sedangkan progesteron mencerahkan.

Para ilmuwan mengungkap dua reseptor tingkat sel yang diduga kuat mengendalikan proses tersebut, yang disebut dengan melanocytes.

Selain itu, ada dua molekul yang mirip dengan estrogen dan progesteron yang bisa mengaktifkan reseptor tersebut untuk merangsang penggelapan (tanning) dan pencerahan kulit tanpa merangsang perubahan pada bagian tubuh lain, yang normalnya dikaitkan dengan kedua hormon itu.

Krim yang mengandung dua molekul ini suatu hari nanti dapat membantu orang-orang yang menderita kondisi tertentu sehingga warna kulitnya tidak rata. Misalnya saja penyakit vitiligo, penyakit autoimun yang membuat sebagian kulit kehilangan kemampuannya membuat melamin. Bintang pop Michael Jackson juga menderita vitiligo.

Krim ini nantinya juga bisa dipakai dalam kosmetik, atau untuk mereka yang ingin mencerahkan atau menggelapkan kulit tanpa harus terpapar sinar matahari atau alat tanning.

Penelitian tersebut dilakukan berdasarkan fenomena yang telah diamati selama puluhan tahun, yaitu kulit wanita cenderung berubah selama kehamilan.

Hippocrates, dokter di Yunani yang hidup 2.400 tahun lalu, menyadari adanya bintik kehitaman yang muncul di tubuh ibu hamil. Walau kurang tepat, tetapi ketika itu ia menduga bintik-bintik tersebut terkait dengan jenis kelamin bayi.

Ilmuwan modern telah mengaitkan perubahan pigmen dengan hormon seks. Terlebih lagi, salah satu efek samping dari penggunaan krim estrogen adalah kulit yang makin hitam.

Namun, bagaimana persisnya hormon seks ini berpengaruh pada pigmentasi kulit masih jadi pertanyaan sejak lama. Baru kini dipahami setelah ditemukannya dua reseptor hormon estrogen dan progesteron.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau