Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Kualitas Sperma dan Sel Telur di Usia 20, 30, dan 40

Kompas.com - 31/05/2016, 22:01 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Sel telur wanita berubah sejalan dengan usianya, dari usia 20-an, 30-an dan 40-an ke atas. Perubahan ini akan membuat kesempatan hamil dan melahirkan semakin kecil. Sementara itu, nampaknya pria bisa menjadi ayah sampai usianya sangat tua.

 

Kesuburan wanita sebagian besar ditentukan oleh kualitas sel telur, bukan kuantitasnya. Sperma pria juga memiliki jam biologis walau tidak sedramatis sel telur.

 

Hal ini penting untuk diketahui, jika Anda berdua punya rencana untuk memiliki bayi. Perubahan yang terjadi atas sel telur dan sperma, berbeda pada tiap orang.

 

Namun, secara garis besarnya ada kesamaan seperti dijelaskan oleh Owen K. Davis, M.D., dokter kebidanan dan kandungan dan ahli endokrinologi reproduksi di New York-Presbyterian Weill-Cornell Medical Center dan presiden American Society for Reproductive Medicine (ASRM); Elizabeth Fino, M.D., asisten profesor kebidanan dan kandungan dan spesialis reproduksi di NYU Fertility Center, serta Rebecca Sokol, M.D., M.P.H., presiden ASRM dan spesialis reproduksi pria, berikut ini.

 

Awal 20-an

Wanita
Anda terlahir dengan satu hingga dua juta sel telur dan hanya tersisa 100-200 ribu saja tapi berkualitas tinggi.

Pria
Sperma berusia hanya tiga bulan, ini adalah waktu yang diperlukan dari mulai produksi hingga matang.

 

Akhir 20-an

Wanita
Tingkat kesuburan sedikit menurun namun kesempatan untuk hamil tetap tinggi yaitu sekitar 75 persen.

Pria
Rokok, alkohol, racun dari lingkungan bisa menurunkan fertilitas sperma.

 

Awal 30-an

Wanita
Wanita kehilangan banyak sel telur yaitu sekitar 1.000 sel telur per siklus.

 

Akhir 30-an

Wanita
Risiko masalah kromosom pada sel telur meningkat, kesempatan hamil turun menjadi 54 persen setelah12 bulan mencoba hamil. Risiko keguguran juga meningkat.

Pria
Risiko memroduksi sperma abnormal meningkat, sperma melambat, risiko punya anak austis dan schizoprenia juga meningkat.

 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com