KOMPAS.com - Memberikan darah kita secara sukarela kepada orang yang membutuhkan merupakan perbuatan yang mulia. Namun, aksi donasi darah ini tidak berlaku bagi mereka yang memiliki kondisi medis tertentu, termasuk golongan homoseksual.
Di banyak negara, kaum homoseksual walau memiliki tubuh yang sehat dan tidak memiliki penyakit menular, memang dilarang mendonasikan darah.
Di Amerika Serikat, setelah peristiwa penembakan kelab di Orlando, muncul ajakan untuk menyumbangkan darah bagi korban selamat di rumah sakit. Ribuan orang mengantre untuk menyumbangkan darahnya. Namun, pria gay dan biseksual yang aktif secara seksual tidak diijinkan berpartisipasi.
Menurut aturan badan pengawas obat dan makanan AS (FDA), pria gay dan biseksual diperbolehkan mendonasikan darah hanya jika mereka absen melakukan hubungan seks dalam waktu satu tahun terakhir.
Hubungan seks itu termasuk seks oral atau anal, bahkan meski menggunakan kondom.
Aturan dari FDA itu diberlakukan sejak tahun 1983 untuk mengurangi penularan HIV. Padahal, berbagai tes juga dilakukan pada setiap contoh darah untuk memastikan darah yang akan ditransfusikan bebas dari virus dan bakteri.
Absen berhubungan seks selama 12 bulan dijadikan patokan karena tes yang dilakukan memang tidak bisa langsung menemukan adanya infeksi HIV. Diperlukan waktu satu sampai tiga bulan setelah seseorang terpapar HIV sebelum bisa dideteksi menggunakan tes darah.
Selain Amerika Serikat, beberapa negara lain juga menerapkan aturan pelarangan donasi darah bagi kaum homoseksual, misalnya Argentina, Brasil, Jepang, dan Inggris Raya.
Pelarangan tersebut sebenarnya juga mendapat protes dari berbagai kelompok. Pada umumnya mereka meminta agar pria gay yang selalu menggunakan kondom dan mendapatkan tes HIV secara rutin diperbolehkan mendonasikan darah.
Kelompok advokasi LGBT menganggap pelarangan tersebut tidak beralasan. Mereka beralasan, hubungan seksual berisiko juga terjadi pada pria dan wanita heteroseksual, terutama orang muda.
Terlebih lagi, saat ini tes darah sudah bisa memberikan hasil akurat. Pada awal tahun 1980-an, Abbott Laboratories sudah mengembangkan tes penapisan darah untuk mencari HIV dan sudah dipakai oleh bank darah di seluruh dunia. Sebelumnya, alat uji untuk virus hepatitis B dan C juga sudah dipakai.
Pada tahun 1999, diluncurkan alat tes yang bisa mendeteksi materi genetik HIV 10-12 hari setelah seseorang terinfeksi. Lalu pada tahun 2014, FDA menyetujui teknologi untuk mengeliminasi patogen berbahaya dari darah yang didonasikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.