KOMPAS.com - Momentum gerakan yang sangat cepat, misalnya saat naik kereta, mobil, atau perahu, bisa membuat sebagian orang merasa tidak nyaman, pusing, bahkan mual. Kondisi itu disebut juga dengan penyakit gerakan (motion sickness).
Penyakit gerakan itu bisa dialami siapa saja, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia. Namun, paling sering dialami anak-anak.
Walau penyakit gerakan biasanya dialami seseorang yang sedang bepergian, tetapi melihat gerakan sangat cepat wahana luncur seperti di theme park atau menonton film dan video tiga dimensi juga bisa memicu penyakit ini.
Meski pun tidak mengancam nyawa, tetapi penyakit gerakan sangat tidak nyaman. Ini juga salah satu penyebab mengapa anak-anak kerap muntah saat berada di kendaraan yang melaju cepat.
Pemicu penyakit gerakan adalah gangguan pada input sensori yang diterima otak karena mengira tubuh berada dalam kondisi diam dan bergerak pada waktu bersamaan.
"Kita baik-baik saja saat berjalan, tapi kita bisa mengalami pusing saat tubuh berada dalam posisi diam namun sesuatu menghasilkan gerakan. Pusat keseimbangan di telinga bagian dalam menganggap hal yang berbeda dari realitasnya," kata Dr.Hilary Hawkins, praktisi kedokteran keluarga dari Orlando.
Struktur telinga dalam yang disebut dengan sistem vestibular mendeteksi gravitasi dan gerakan, serta mengirimkan sinyal ke otak yang membantu kita tetap seimbang.
Sinyal itu dikirimkan dari indera tubuh lainnya. Mekanisme itu menjadi masalah ketika data yang dikirim berlawanan. Misalnya, saat kita berada dalam mobil yang bergerak, mata melihat pemandangan yang berlalu melalui jendela, yang akan menginformasikan ke otak bahwa kita dalam pergerakan. Namun tubuh kita memberikan cerita berbeda, di dalam kendaran kita tidak bergerak sendiri.
Penyakit gerakan muncul saat otak kita tidak tahu harus mempercayai informasi yang mana. "Sinyalnya campur aduk," kata Hawkins.
Rasa pusing, berkeringat, dan sakit kepala, adalah respon stres karena keseimbangan tubuh terganggu.
Yang menarik, penyakit gerakan ini jarang dialami orang yang mengendarai kendaraan. Ini karena mereka mengontrol kendaraan sehingga kekacauan sinyal bisa ditekan.
Meski mual dan pusing sering dianggap sebagai gejala awal penyakit gerakan, tetapi sebenarnya sudah ada gejala-gejala yang mendahului. Misalnya saja rasa ngantuk, rewel, dan sensasi rasa penuh pada perut. Dengan mengenali gejala-gejala tersebut sebenarnya penyakit gerakan bisa dicegah.
Penyakit gerakan juga dapat dicegah dengan memilih posisi duduk. Bila naik mobil, duduklah di depan. Bila naik perahu, pilihlah tempat duduk di tengah yang gerakannya tidak terlalu terasa. Di dalam bis, pilihlah tempat duduk dekat jendela. Udara yang segar bisa membantu mengurangi rasa pusing saat kendaraan bergerak kencang.