KOMPAS.com - Kanker merupakan penyakit yang berbahaya, bukan karena kemampuannya bermutasi dan terus berkembang, tapi juga terkadang tak mempan diobati obat-obatan kemoterapi.
Neville Sanjana dari New York Genome Center dan Universitas New York bersama dengan timnya menggunakan teknologi baru yang disebut CRISPR untuk mengedit gen tumor secara akurat.
Dengan teknologi baru ini tim peneliti ingin memotong bagian spesifik dari gen untuk mengetahui apakah area itu terpengaruh oleh cara pertumbuhan kanker.
Bukan hanya fokus pada gen kanker yang sudah diketahui, tetapi tim ahli secara khusus memilih gen yang belum dikode. Sejauh ini para ilmuwan menyebut bagian tak bernama itu sebagai gen junk DNA karena dianggap tak penting pada fungsi gen.
Yang menarik, ternyata bagian dari junk DNA itu penting pada cara kerja DNA. Ibarat sutradara dan produser dalam sebuah film, mereka tak terlihat tetapi mengarahkan. Area yang belum terkode ini menyediakan instruksi penting, misalnya kapan gen aktif dan seberapa banyak protein yang diproduksi.
"Genome mirip seperti sebuah teks, jika kita tak punya Microsoft Word untuk memotong, menyalin, dan menempel, sulit untuk melakukan manipulasi teks. Baru-baru ini tersedia alat seperti CRISPR untuk menulis dan mengedit teks," kata Sanjana.
Dalam penelitiannya, Sanjana memilih secara selektif dan mengedit secara metodis bagian gen yang spesifik dari sel kanker melanoma pasien, kemudian memaparkannya dengan obat antikanker yang biasa dipakai dokter.
Hasilnya, Sanjana menemukan bagian yang berkontribusi pada resistensi obat. Mereka juga berhasil mengidentifikasi bagian spesifik yang bisa dipakai untuk mengenali pasien yang mungkin kebal pada pengobatn tertentu dan perlu dilakukan terapi kombinasi.
Informasi tersebut tentu sangat penting dalam menciptakan satu obat baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.