Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Sukses di Masa Depan, Bekali Anak Kecerdasan Emosi

Kompas.com - 17/10/2016, 16:49 WIB

KOMPAS.com - Setiap orangtua tentu berharap memiliki anak yang cerdas. Namun, kriteria cerdas kebanyakan orangtua hanyalah keunggulan akademik semata. Padahal, ada potensi kecerdasan lain yang diperlukan anak dalam kehidupan mereka nantinya.

Kecerdasan secara kognitif memang dibutuhkan agar anak dapat menyerap informasi baru, tapi bagaimana mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat itu dalam kehidupan sehari-hari, sangat ditentukan oleh kecerdasan emosinya (emotional intelligence/EQ).

"Jadi anak tidak cuma pintar secara text book, tapi juga tahu bagaimana yang tepat diaplikasikan di dunia nyata. Misalnya, tahu bagaimana berinteraksi dengan lingkungan sosial, tahu apa yang harus dilakukan saat temannya sedang sedih atau kesulitan," kata psikolog Nadya Prameswari dalam acara kampanye Grow Them Great BebeHero Hi5 yang diadakan di Medan (15/10/2016).

Nadya mengatakan, seorang anak disebut sebagai anak pintar atau hebat, adalah jika mereka memiliki kecerdasan otak dan emosional secara optimal.

Fakta sejumlah negara maju menunjukkan, kecerdasan intelektual yang membawa penguasaan ekonomi, ilmu, dan teknologi global tidak menjamin kebahagiaan rakyatnya. Jumlah pengidap stres, depresi, dan pelaku bunuh diri tetap tinggi.

Itu sebabnya, di banyak negara maju kecerdasan emosional dianggap penting agar anak-anak kelak bisa sukses dalam hidupnya. Penelitian juga mengungkapkan, EQ memprediksi 54 persen dalam variasi kesuksesan, mulai dari kesehatan, kualitas hidup, sampai hubungan dengan orang lain.

Data juga menyimpulkan bahwa orang muda yang memiliki EQ tinggi cenderung mendapat peringkat lebih tinggi, menempuh pendidikan lebih tinggi, dan mampu membuat pilihan sehat.

Sebenarnya kecerdasan emosional pada anak bisa dikembangkan dengan cara-cara sederhana. Menurut Nadya, keluarga merupakan tempat utama dan pertama untuk memulainya.

"Di lingkup keluarga, orangtua bisa memberi contoh bagaimana cara yang tepat memperlakukan orang lain, misalnya lewat perlakuan ayah kepada ibunya atau sebaliknya, dari orangtua ke anak, dan bagaimana memperlakukan asisten rumah tangga," urai psikolog dari Rumah Dandelion ini.

Di lingkungan yang lebih luas, anak bisa belajar bagaimana berinteraksi dengan tetangga, di lingkungan sekolah dengan guru, teman-temannya, dan sebagainya.

Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence: Why it Can Matter More than IQ, mengungkapkan elemen apa saja yang berkontribusi dalam kesuksesan seseorang, terutama dalam kecerdasan emosionalnya.

Elemen yang dimaksud Goleman antara lain: mengenali emosi yang sedang terjadi padanya, mampu mengantur dan mengendalikan reaksi emosi, mengenali apa yang penting dalam hidup, memahami emosi orang lain, dan mampu membangun ikatan sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau