Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Dampak Negatif Terlalu Banyak Paparan Berita Buruk Bagi Kesehatan

Seperti kasus korupsi, kebijakan politik yang tidak arif, konflik, bencana alam, kematian mendadak tokoh berpengaruh, sampai merebaknya wabah penyakit.

Terlebih di era media sosial. Notifikasi informasi negatif tersebut dengan gampang menyelinap di linimasa atau obrolan.

Dampak instannya, pikiran kita seolah terasa karut-marut memikirkan hal negatif tersebut.

Selain itu, paparan berita buruk dan informasi negatif rupanya juga dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik.

Suasana hati jadi buruk dan cemas

Berita buruk dan informasi negatif dengan sekejap mengubah suasana hati seseorang dari baik-baik saja menjadi muram.

"Beberapa berita buruk dan informasi negatif dapat membuat Anda merasa khawatir," terang psikolog asal Inggris Dr. Graham Davey, seperti dilansir Huffington Post.

Ia menjelaskan ketika menyimak gambar, video, atau tulisan berita buruk atau informasi negatif, otak Anda merasakan hal tersebut mengancam, parah, atau tragis.

Efeknya jadi menimbulkan kekhawatiran. Kehawatiran yang sulit diatasi itu akhirnya membuat suasana hati jadi suram dan cemas.

Setelah suasana hati memburuk, Davey menyebut cara Anda berinteraksi dengan sekitar jadi ikut berubah.

Awalnya konten negatif membuat sedih dan cemas. Namun, paparan berita atau informasi negatif yang intens membuat Anda terbiasa dengan hal tersebut.

Apabila tidak dikontrol atau dikendalikan, persepsi Anda bisa ikut berubah.

Anda bisa melihat hal negatif menjadi sesuatu yang biasa. Atau Anda justru melihat hal biasa menjadi sesuatu yang negatif.

Dalam jangka panjang, orang itu jadi pesimistis karena melihat dunia tidak baik-baik saja.

Rentan menimbulkan serangan panik

Bagi orang yang kondisi mentalnya sedang rentan, melihat gambar atau video traumatis bisa memicu gejala post traumatic stress disorder (PTSD).

PTSD adalah gejala mental yang ditandai serangan panik karena pengalaman traumatis.

Studi pada 2011 lalu mengamati perilaku orang yang menonton rekaman video serangan teror di WTC, AS, pada 9 September 2001.

Hasilnya, beberapa responden mengalami serangan panik bervariasi, tergantung durasi menonton dan keterkaitan dengan peristiwa tersebut.

Ada yang mengalami problem kepercayaan diri. Sampai mengkhawatirkan serangan teroris lain di masa depan.

Namun, dampak PTSD atau serangan panik setelah melihat konten negatif tidak dialami semua orang.

Dampak tersebut hanya dialami orang yang mengalami langsung suatu peristiwa traumatis.

Memicu stres akut

Psikoterapis Susanne Babbel mengatakan paparan intens berita buruk atau informasi negatif dapat membuat otak kita sulit rileks.

Ia menjelaskan saat menghadapi trauma, otak kita dirancang untuk mengatasi stres dengan tahap melawan, bangkit, lalu kembali tenang.

"Saat mengalami, melihat, atau mendengar sesuatu yang traumatis, otomatis otak kita masuk ke mode stres," jelas Babbel, seperti dilansir CNN.

Menurutnya, respons orang saat memasuki tahap stres bisa biasa saja atau takut berlebihan karena merasa ada ancaman.

Secara alami, saat stres orang mengeluarkan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.

Setelah ada paparan stres tersebut, bagian otak yang bertugas mengendalikan stres idealnya bisa kembali beristirahat.

Namun, paparan berulang informasi atau berita negatif membuat siklus pengendalian stres berjalan tanpa jeda.

"Seiring waktu ketika ada tekanan atau peristiwa negatif berulang-ulang, kelenjar adrenalin jadi bekerja keras," katanya.

Akibatnya, Anda bisa mengalami stres akut.

Mengganggu kesehatan fisik

Bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya sehat, stres umumnya tidak menimbulkan beban kesehatan.

Namun, bagi para lansia atau orang yang secara fisik atau mentalnya rentan, stres bisa merusak kesehatan fisik.

Dampak stres akut bagi kalangan rentan dapat menyebabkan sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, gelisah, sampai mengalami gangguan tidur.

Masalah kesehatan tersebut apabila tidak ditangani juga bisa menjadi biang penyakit berbahaya lain seperti jantung, dll.

https://health.kompas.com/read/2020/01/27/150300768/4-dampak-negatif-terlalu-banyak-paparan-berita-buruk-bagi-kesehatan

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke