KOMPAS.com - Lahir, tumbuh dewasa, lalu meninggal, adalah siklus hidup setiap manusia. Tapi, bagaimana jika kita bisa mencegah kematian? Bryan Johnson (47) ingin hidup selamanya dan berusaha keras mewujudkannya.
Kisah Johnson dalam mewujudkan upayanya itu, antara lain bagaimana menjauhkannya dari penyakit, gaya hidup, hingga teknologi canggih yang dilakukannya, dijadikan film dokumenter berjudul "Dont Die: The Man Who Wants to Live Forever" bisa disaksikan di Netflix.
Film ini melacak perjalanan mantan CEO teknologi tersebut menuju puncak kesehatan fisik, yang mencakup pengeluaran dua juta dollar (sekitar Rp 32 miliar) untuk laboratorium rumah, staf, dan semua suplemen, terapi, dan intervensi medis yang dapat kita bayangkan.
Johnson mencoba membuktikan seberapa jauh ia bisa melangkah. Dalam salah satu bagian film ditampilkan ia mencetak rekor pribadi baru dalam protokol HIIT yang ia lakukan tiga kali seminggu.
Denyut jantung maksimumnya mencapai 189 bpm (setara dengan orang berusia 31 tahun, klaim Johnson. Denyut jantung maksimum untuk orang berusia 30 tahun adalah 190 bpm, menurut American Heart Association).
Saturasi oksigen ototnya berada di persentil ke-75 untuk atlet elit dan persentil 99 untuk populasi umum.
Baca juga: Rahasia Panjang Umur dengan Sehat, Punya Otot Kuat
"Kebanyakan orang di akhir usia 40-an tidak mencapai prestasi terbaik mereka. Biasnaya trennya menurun. Jadi, mendekati angka itu adalah hal yang bagus, tetapi melihatnya terjadi adalah hal yang sangat menarik," katanya.
Johnson berlomba untuk menurunkan usia biologisnya dan laju penuaannya, yang dianggap sebagai penanda penting untuk umur panjang.
Setelah dua tahun menjalani "Blueprint" – nama inisiatif kesehatannya – ia mengatakan bahwa ia berhasil membalikkan usia biologisnya 5,1 tahun. Dan selama pembuatan film dokumenter tersebut, laju penuaannya turun dari 0,69 menjadi 0,64, yang berarti bahwa untuk setiap tahun yang berlalu, ia hanya akan menua sekitar dua pertiga dari tahun tersebut.
Semua protokol Johnson, termasuk diet, suplemen, latihan, terapi, tersedia di situs miliknya Blueprint. Secara teori, siapa pun dapat mengikuti semua atau sebagian kebiasaannya dan membeli suplemen dan tes khusus di situsnya atau di tempat lain.
Namun, rutinitas Johnson tidak mudah ditiru. Ia bangun pukul 5 pagi dan tidur pukul 8:30 malam. Ia berolahraga selama satu jam hingga 90 menit setiap pagi.
Ia minum puluhan pil, memakai topi terapi cahaya merah di kepalanya untuk menumbuhkan rambut, makan makanan terakhirnya pada pukul 11 pagi, dan berhenti minum cairan pada pukul 4 sore.
Baca juga: Kenapa Olahraga Memperlambat Penuaan Biologis? Ini Ulasannya...
Pria ini juga melakukan berbagai tes medis dan MRI. Ia mengklaim sebagai orang yang paling banyak melakukan MRI.
Konsultan umur panjangnya, Dr. Oliver Zolman, membantunya menyusun rencana tersebut.
"Ia adalah kelinci percobaan terbaik yang bisa diminta siapa pun," kata Zolman dalam film dokumenter tersebut.
Meski demikian, Johnson mengakui bahwa ia pun tidak bisa memprediksi masa depan.
"Lebih masuk akal bagi saya untuk membayangkan bahwa di usia berapa pun, saya akan menghargai perasaan bahagia. Saya akan menghargai kemampuan untuk berolahraga, bangun tidur dengan perasaan segar. Saya mungkin tidak suka sakit," ujarnya.
Yang Johnson lakukan adalah mencoba mendorong batasan kesehatan yang optimal.
Kita mungkin tidak setuju dengan metodenya − para ahli medis tentu waspada terhadap dasar ilmiah untuk protokolnya dan penjualan produknya sebagai bagian dari usahanya, tetapi seperti kata pepatah, hidup itu singkat. Atau sesingkat yang kita izinkan.
Baca juga: 9 Makanan untuk Meningkatkan Peluang Hidup Panjang Umur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.