Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Bahaya "Toxic Parents" bagi Kesehatan Anak

KOMPAS.com - Menjadi orangtua memang bukan pekerjaan yang mudah karena tidak ada sekolah khusus yang mengajari kita bagaimana caranya menjadi orangtua yang baik.

Tak hanya dengan pasangan, hubungan yang tidak bahaggia juga bisa terjadi di antara anak dan orangtua.

Seringkali orangtua tanpa sadar terlalu protektif, sering menyalahkan, hingga susah diajak kompromi. Tak jarang pula, orangtua seringkali memaksakan ego mereka kepada sang anak.

Dalam istilah masa kini, orangtua yang memiliki ciri-ciri tersebut kerap dijuluki dengan toxic parents atau orangtua "beracun".

Melansir laman Bustle, pelatih kehidupan bernama Christian Brown mengatakan, toxic parents bisa mempengaruhi kondisi kesehatan sang anak, terutama kesehatan mental.

Berikut lima hal yang biasa terjadi pada anak yang tumbuh bersama toxic parents:

1. Berisiko tinggi mengalami gangguan kecemasan

Riset tahun 1998 menunjukan bahwa anak yang dididik oleh orangtua "beracun" berisiko tinggi mengalami gangguan kecemasan saat dewasa.

Riset tersebut diikuti oleh 940 orang dewasa dan membuktikan bahwa anak-anak yang tumbuh bersama orangtua yang mengalami disfungsi cenderung mengalami kecemasan.

Toxic parents juga cenderung membuat anak sulit mengidentifikasi tanda awal kecemasan yang dialaminya.

Pasalnya, orangtua "beracun" seringkali tidak bisa menerima dengan baik rasa takut dan cemas sang anak.

Inilah yang menyebabkan sang anak terlambat mendapatkan penanganan sejak dini sehingga mengakibatkan ia mengalami gangguan mental di usia dewasa.

2. Mudah stres

Ahli kesehatan jiwa Heidi Hanna mengatakan, toxic parents kerap mengabaikan stres yang dirasakan sang anak.

Meski kita tidak berada dalam situasi stres tinggi, kita tetap berisiko mengalami ledakan emosional yang negatif karena ketegangan yang tertimbun di dalam diri.

Komunikasi yang tidak berjalan baik antara orangtua dan anak akan menyebabkan penumpukan stres. Hal ini menyebabkan anak bereaksi negatif dalam banyak hal.

3. Sering merasa lelah

Berada di kumpulan orang-orang toxic pasti terasa sangat melelahkan, apalagi jika kita tinggal bersama mereka untuk waktu yang lama.

Semakin banyak stres yang kita alami dalam hubugan keluarga, menurut Hanna, semakin sedikit energi yang kita miliki untuk menyelesaikan semua persoalan dalam hidup.

"Kita juga bisa menjadi orang yang mudah lelah setiap hari sehingga kita menjadi orang yang emosional dan mudah berdebat dengan orang lain," tambah Hanna.

Orangtua "beracun" juga kerap membuat sang anak mengalami rasa bersalah, kecewa, dan berbagai emosi negatif.

Hal itu membuat sang anak kerap merasa kewalahan untuk menghadapinya. Alhasil, anak berisiko mengalami insomnia dan sering berpikir negatif.

4. Berisiko mengalami gangguan kesehatan jantung

Riset 1985 yang diikuti oleh 10.000 peserta telah menemukan efek hubungan dalam keluarga dengan kondisi kesehatan fisik dan emosional keluarga.

Penelitian yang dilakukan selama 12 tahun itu mengungkap bahwa orang-orang yang berada dalam hubungan keluarga yang toxic memiliki risiko tinggi untuk mengalami masalah kesehatan jantung.

Riset 2014 dalam Journal of American Heart Association juga membuktikan hal serupa.

Dalam riset tersebut, peneliti membuktikan bahwa wanita yang mengalami banyak peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dan "tingkat ketegangan sosial yang tinggi" 12 kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit arteri koroner.

Efek tersebut belaku pada semyua jenis hubungan, termasuk hubungan dengan orangtua.

5. Menganggu sistem kekebalan tubuh

Stres kronis yang disebabkan oleh hubungan beracun menyebabkan sistem kekebalan tubuh melepaskan sitokin inflamasi.

Zat tersebut adalah bahan kimia untuk membunuh virus dan bakteri.

Tetapi ketika sistem kekebalan diaktifkan secara berlebihan, sitokin berubah akan memakan sel dalam tubuh dan menyebabkan penyakit autoimun, seperti aterosklerosis.

Kadar sitokin yang tinggi sulit untuk dihilangkan dan dapat memperburuk gangguan depresi dan kecemasan.

Psikolog Dr. Ramani Durvasula juga mengatakan, pertengkaran konstan atau ketidaksepakatan dalam hubungan dekat, termasuk hubungan dengan orangtua, juga bisa mengakibatkan sistem kekebalan tubuh melemah.

Menurut Dravasula, pola negatif dan kritis yang terus terjadi dalam hubungan tersebut akan tertanam secara biologis dan mempengaruhi kesehatan manusia.

Cara berdamai dengan orangtua "beracun"

Menghadapi orangtua yang terasa menyebalkan atau toxic memang gampang-gampang susah.

Namun jika tidak segera dibicarakan, segala perlakuan dan perkataan buruk dari orangtua bisa menjelma menjadi kekerasan emosional yang terus membekas di hati kita.

Melansir Hello Sehat, berikut 3 cara berdamai dengan toxic parents:

- Bicarakan baik-baik

Memang tidak mudah untuk menjalani hubungan baik dengan orangtua. Namun, tidak ada salahnya mencoba.

Tanyakan pelan-pelan alasan orangtua berperilaku buruk terhadap Anda. Lalu posisikan diri Anda sebagai orangtua Anda sendiri.

Bisa jadi, orangtua Anda mungkin sedang stres atau merasakan kekecewaan yang mendalam sehingga akhirnya menjadikan Anda sebagai pelampiasan.

Atau, pikiran orangtua Anda sedang kusut sehingga sulit membedakan mana perilaku yang benar dan mana yang salah.

- Bersikap tegas

Tidak ada salahnya untuk bersikap tegas dengan orangtua sendiri. Misalnya, orangtua menyalahkan Anda hanya karena kesalahan sepele. Nah, jangan takut untuk membela diri supaya tidak terus-terusan disalahkan.

Namun, bersikap tegas bukan berarti harus menggunakan nada tinggi hingga terkesan membentak orangtua.

Untuk bersikap tegas dengan orangtua, kita bisa menggunakan suara lembut dan lalu tekankan bahwa kita sudah cukup dewasa untuk terus-terusan disalahkan seperti anak kecil.

- Buat kesepakatan bersama

Sampaikan pelan-pelan kepada orangtua bahwa Anda membutuhkan masukan terbaik dari mereka, bukan aturan yang otoriter.

Lalu, berikan pemahaman kepada mereka bahwa Anda sudah dewasa dan berhak memilih jalan hidup sendiri.

https://health.kompas.com/read/2020/02/22/060400168/5-bahaya-toxic-parents-bagi-kesehatan-anak

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke