Kendati tidak semua jenis demam termasuk demam virus, tapi peningkatan suhu tubuh bisa jadi tanda tubuh sedang melawan infeksi.
Seseorang bisa dikatakan demam apabila hasil pengukuran suhu tubuhnya berada di atas rata-rata suhu normal manusia.
Melansir Healthline, orang dewasa dianggap demam apabila suhu tubuhnya di atas 37,8 derajat Celsius.
Sementara pada anak-anak, indikator demamnya berdasarkan hasil pengukuran suhu rektal, telinga, atau dahi di atas 38 derajat Celsius.
Untuk hasil pengukuran suhu di ketiak lebih dari 37,2 derajat Celsius. Sedangkan hasil pengukuran suhu di lidah lebih dari 37,8 derajat Celsius.
Gejala demam virus
Berbagai infeksi virus bisa menyerang manusia, mulai dari flu biasa sampai virus corona.
Seperti dilansir Medical News Today, tingginya suhu tubuh saat demam bisa dipengaruhi jenis virus yang menyerang tubuh.
Selain itu, demam karena infeksi virus atau demam virus biasanya disertai gejala:
Gejala penyakit di atas biasanya hanya berlangsung dalam hitungan hari.
Sementara demam adalah cara tubuh melawan virus. Banyak virus yang tidak bisa bertahan dalam suhu yang lebih tinggi di dalam tubuh.
Sebagai salah satu cara alami melindungi tubuh dari bahaya kuman seperti virus, otak secara alami memerintahkan bagian tubuh lain untuk meningkatkan suhu tubuh.
Ada banyak cara virus bisa masuk ke dalam tubuh, di antaranya:
Tidak seperti penyakit karena infeksi bakteri, penyakit karena infeksi virus tidak bisa diobati dengan antibiotik.
Sebagai gantinya, pemberian obat ditujukan untuk meringankan gejala penyakit.
Beberapa cara mengobati demam virus yang direkomendasikan di antaranya:
Jika demam suhunya di atas 39 derajat Celsius, ada baiknya Anda segera ke dokter.
Anda juga perlu konsultasi ke dokter apabila demam bayi di atas 38 derajat Celsius.
Apabila gejala demam virus disertai sakit kepala parah, susah bernapas, nyeri dada, sakit perut, sering muntah, ruam, leher kaku, bingung, dan kejang, jangan tunda pergi ke dokter.
https://health.kompas.com/read/2020/07/27/163500568/gejala-demam-karena-infeksi-virus