Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Beda Gejala Sakit Perut Akibat Virus dan Keracunan Makanan

KOMPAS.com – Sakit perut bisa terjadi karena berbagai sebab, termasuk infeksi virus dan keracunan makanan.

Infeksi virus yang menyerang sistem pencernaan biasanya disebut sebagai virus perut.

Orang terkadang menyebut penyakit ini sebagai flu perut atau flu lambung, meskipun nama ini sebenarnya kurang tepat digunakan karena influenza menyerang sistem pernapasan.

Virus perut juga dapat dikenali sebagai gastroenteritis virus. Ini adalah peradangan lambung dan usus yang disebabkan oleh infeksi virus.

Beberapa jenis virus dapat menyebabkan sakit perut.

Namun, virus yang paling sering menyebabkannya, antara lain yakni norovirus, rotavirus, dan adenovirus.

Sedangkan sakit perut akibat keracunan makanan adalah kondisi yang berbeda.

Sakit perut ini lebih umum terjadi daripada flu perut.

Keracunan makanan menggambarkan keadaan akibat dari konsumsi makanan yang terkontaminasi.

Di mana, bakteri, virus, maupun parasit dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan gejala gastroenteritis melalui makanan yang rusak, disiapkan secara tidak higienis, atau terkontaminasi dengan cara lain.

Beda penyebab virus perut dan keracunan makanan

Baik virus perut maupun keracunan makanan punya cara penularan atau penjangkitan masing-masing.

Berikut penjelasannya:

Virus perut

Merangkum Medical News Today, flu perut sangat menular dan dapat menyebar dengan cepat.

Orang yang terinfeksi virus perut dapat menularkan penyakit dari saat mereka mulai merasa sakit dan juga selama beberapa hari pertama setelah sembuh.

Virus perut dapat menyebar dengan beberapa cara berbeda, seperti:

  • Makan makanan atau minum cairan yang telah terkontaminasi virus
  • Melakukan kontak mulut langsung atau tidak langsung dengan orang yang terinfeksi atau permukaan dengan virus di atasnya

Virus juga mendiami muntahan dan kotoran orang yang terinfeksi.

Keracunan makanan

Kontaminasi silang sering menjadi penyebab keracunan makanan, di mana organisme berbahaya berpindah dari satu permukaan ke permukaan lainnya.

Makanan mentah dan siap makan, seperti salad, sangat berisiko terkontaminasi kuman penyebab keracunan makanan.

Bakteri dapat berkembang pesat jika berbagai makanan, sererti daging, produk susu, dan saus tidak disimpan pada suhu yang tepat.

Bakteri dan organisme berbahaya lainnya menghasilkan zat beracun yang dapat menyebabkan radang usus saat dimakan.

Kontaminasi juga bisa terjadi di rumah jika daging mentah tidak ditangani atau dimasak dengan benar.

Salmonella dan E. coli adalah dua jenis bakteri umum yang terkait dengan keracunan makanan.

Beda gejala sakit perut akibat virus dengan keracunan makanan

Mearangkum Health Line, tanda atau gejala sakit perut karena virus dan keracunan makanan sebenarnya susah dibedakan.

Berikut ini adalah beberapa kemungkinan gejalanya:

Gejala virus perut

Jika Anda mengalami sakit perut akibat virus viral gastroenteritis, Anda mungkin mengalami satu atau lebih gejala berikut ini:

  • Diare
  • Kram perut atau usus
  • Mual
  • Muntah
  • Demam
  • Penurunan berat badan
  • Nyeri sendi
  • Nyeri otot
  • Haus
  • Sakit kepala
  • Malaise umum, yakni merasa tidak nyaman, badan pegal-pegal, dan lelah tanpa sebab yang jelas

Orang dengan virus perut biasanya mengembangkan gejala sakit perut dalam waktu 24 hingga 72 jam setelah terpapar virus.

Banyak kasus sakit perut sembuh dalam beberapa hari.

Namun, tidak jarang merasa mual selama 10 hari.

Semakin lama gejalanya menetap, semakin Anda harus menghubungi dokter untuk menyingkirkan komplikasi atau penyakit lainnya.

Gejala keracunan makanan

Sedangkan, gejala khas keracunan makanan meliputi:

Sementara, dalam kasus yang parah, Anda dapat mengalami:

  • Tinja berdarah atau muntah
  • Kram perut yang parah
  • Syok
  • Hilang kesadaran

Gejala keracunan makanan dapat muncul kapan saja dalam beberapa jam hingga beberapa hari atau minggu setelah paparan awal.

Kondisi ini tergantung pada patogen yang menyebabkan keracunan makanan.

Gejala biasanya membaik dalam dua hari.

Keracunan makanan dapat terjadi pada siapa saja, tetapi paling sering terjadi pada bayi, anak kecil, dan orang tua.

Sebagian besar bentuk keracunan makanan tidak berakibat fatal.

Tapi tetap saja, salah satu bentuk keracunan makanan yang disebut botulisme bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik.

Bakteri yang disebut Clostridium botulinum dapat menyebebabkan botulisme.

Bakteri ini menghasilkan racun yang memengaruhi sistem saraf.

Botulisme dapat menyebabkan penglihatan kabur, kelopak mata terkulai, bicara cadel, dan gejala neuromuskuler lainnya.

Temui dokter jika Anda mencurigai Anda menderita botulisme. 

https://health.kompas.com/read/2020/10/25/070500268/beda-gejala-sakit-perut-akibat-virus-dan-keracunan-makanan

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke