KOMPAS.com – Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) bekerja sama dengan Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSIMSI), Durex Eduka5eks PT. Reckitt Benckiser (RB) Indonesia, dan sejumlah organisasi kemahasiswaan, seperti AMSA dan CIMSA menggelar Webinar dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS) 2020 pada Senin (31/11/2020) siang.
Webinar yang mendapat dukungan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tersebut mengusung tema “Perkuat Kolaborari, Tingkatkan Solidaritas” yang menekankan pentingnya kerja sama guna mencapai three zeroes pada 2030.
Di mana, pada tahun ini, Indonesia diharapkan telah siap menuju akhir HIV/AIDS pada 2030, yakni tidak ada inveksi HIV baru, tidak ada kematian karena AIDS, dan tidak ada stigma serta diskriminasi.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, mengapresisi penyenggaraan Webinar acara puncak Hari AIDS Sedunia 2020 yang berhasil merepresentasikan semangat kolaborasi yang kuat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya remaja, tentang pencegahan infeksi menular seks (IMS) dan kesehatan reproduksi.
Lebih lanjut dalam sambutannya, dia mengingatkan bahwa di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, isu penanggulangan HIV/AIDS tidak boleh luput dari perhatian, mengingat Permenkes No. 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan telah mengutamakan peningkatan promotif dan pencegahan preventif dari penyakit ini.
Kemenkes RI sendiri mencatat data tentang perkembangan HIV/AIDS dan penyakit infeksi menular seksual (PIMS), bahwa pada triwulan II tahun 2020 atau hingga Juni 2020, estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) telah mencapai 543.100 orang. Dari jumlah tersebut, 398.784 orang telah ditemukan, dan hanya 205.945 ODHA yang baru memulai konsumsi obat obat antiretroviral (ARV).
Sementara itu, survei Durex Eduka5eks pada 2019 masih memperlihatkan bahwa topik IMS belum dibicarakan oleh konsumen remaja, orang tua, dan pasangan menikah. Bahkan, 3 dari 10 kelompok remaja di lima kota besar Indonesia ditemukan masih percaya bahwa berinteraksi dalam kegiatan sehari-hari bersama ODHA dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS.
Ketua Tim Penasihat Kolegium PERDOSKI, Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK(K) ketika menjadi pembicara kunci dalam Webinar menekankan pentingnya pendidikan seks bagi remaja sebagai kegiatan promotif dan preventif untuk memberikan tuntunan serta bimbingan kehidupan yang berkaitan dengan jenis kelamin, kehidupan mencintai, hingga rasa tanggung jawab. dr. Sjaiful memaparkan materi berjudul “Melindungi Masyarakat Indonesia dari Risiko Terinfeksi HIV dan IMS”.
"Kegiatan pendidikan seks ini harus senantiasa dipupuk sejak masa kanak-kanak hingga dewasa," jelas dia.
dr. Sjaiful menegaskan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara IMS dan HIV/AIDS, sehingga upaya preventif harus dimulai dari unit terkecil masyarakat, yakni di keluarga. Menurut dia, orangtua penting untuk mengedukasi anak sejak dini secara moral, sosial, kesehatan, dan agama mengenai seksualitas, terutama saat anak memasuki usia remaja.
"Pemerintah dapat mendesain program, dokter dapat memberikan pengobatan, namun orangtua yang mampu mengoptimalkan perlindungan dan pencegahan," terang dr. Sjaiful.
Webinar kemudian diisi oleh dua pembicara lain, yakni dr. Yudo Irawan Sp.KK dari KSIMSI dan dr. Helena Rahayu Wonoadi sebagai project Director PT Reckitt Benckiser (RB) Indonesia.
Dalam kesempatannya menyapa peserta Webinar, dr. Yudo, banyak menyampaikan materi mengenai kesehatan reproduksi terutama bagi para remaja. Dia menjelaskan, bahwa pada fase remaja, hormon seksual sudah aktif. Dengan demikian, apabila remaja tidak dibekali dengan informasi dan edukasi kesehatan reproduksi yang tepat, hal tersebut bisa menimbulkan masalah.
"Rasa penasaran dan tidak tahu, akibatnya banyak (remaja) yang sudah menjalani hubungan seksual sebelum menikah," jelas dia.
Bersamaan dengan acara puncak HAS tahun ini, PT Reckitt Benckiser (RB) Indonesia melalui produk kontrasepsinya Durex kembali mempromosikan kampanye corporate social responsibility (CSR) yang bertujuan untuk menormalisasi perbincangan seksual dengan menggandeng sejumlah mahasiswa terpilih lewat kampanye Eduka5eks, yakni 5 langkah mudah memahami pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi. Di setiap langkahnya, terdapat rekomendasi yang jelas bagi remaja
Ada pun lima langkah Eduka5eks itu meliputi:
"Kami percaya bahwa dengan pendekatan komunikasi persuasif dan partisipatif kepada remaja dan penyediaan informasi yang kredibel, target three zeros dapat dicapai di tahun 2030,” ujar dr. Helena.
Ketua Umum KSIMSI, dr. Hanny Nilasari, SpKK, memberikan pandangan bahwa kesehatan reproduksi pada remaja sangat penting dalam rangka menyambut ageda Indonesia Sehat. Mengingat IMS adalah salah satu pintu masuk penularan HIV/AIDS, kampanye dan edukasi seksual pada populasi remaja harus terus digiatkan.
"Stigma bahwa HIV mudah menular juga perlu diluruskan, jauhi penyakitnya bukan penderitanya,” tegas dia.
https://health.kompas.com/read/2020/12/01/100500168/akhiri-hiv-aids-pada-2030-perkuat-kolaborasi-dan-tingkatkan-solidaritas