KOMPAS.com - Vagina memiliki lapisan tipis yang mengandung cairan untuk memberikan kelembaban.
Kelembaban ini menyediakan lingkungan basa agar sperma dapat bertahan hidup dan melakukan perjalanan untuk reproduksi seksual.
Cairan tersevut juga melumasi dinding vagina, mengurangi gesekan selama hubungan seksual.
Seiring bertambahnya usia wanita, perubahan produksi hormon dapat menyebabkan dinding vagina menipis.
Akibatnya, kelembaban vagina pun berkurang. Hal ini dapat menyebabkan kekeringan pada vagina.
Efek vagina kering
Vagina yang kering dapat menyebabkan ketidaknyamanan di daerah vagina dan panggul. Hal ini juga bisa memicu berbagai kondisi berikut:
Jika tidak diobati, vagina yang kering dapat menyebabkan luka atau keretakan pada jaringan vagina.
Karena itu, para wanita harus segera mencari bantuan medis ketika mengalami hal ini.
Cara mengatasi
Vagina yang kering bisa diatasi dengan penggunaan pelumas atau krim pelembab.
Pelumas dan krim pelembab ini juga dapat mengubah pH vagina, mengurangi kemungkinan terkena infeksi saluran kemih.
Wanita harus memilih pelumas yang khusus ditujukan untuk penggunaan vagina. Pelumas harus berbahan dasar air dan tidak boleh mengandung parfum, ekstrak herbal, atau pewarna buatan.
Sebab, pelumas yang mengadung bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan iritasi.
Dalam beberapa kasus, penyedia layanan kesehatan akan meresepkan terapi estrogen dalam bentuk pil, krim, atau cincin, untuk meningkatkan produksi estrogen.
Krim dan cincin melepaskan estrogen langsung ke jaringan. Pil lebih mungkin digunakan ketika Anda memiliki gejala menopause yang tidak nyaman.
Mencegah
Untuk mencegah vagina kering, hindari penggunaan produk yang mengiritasi, seperti cairan khusus pembersih vagina.
Hindari pula kondom yang mengandung nonoyxnol-9, atau N-9.
Sebab, kondom tersebut memiliki bahan kimia yang dapat menyebabkan kekeringan pada vagina.
https://health.kompas.com/read/2021/06/03/223400668/vagina-kering--penyebab-cara-mengatasi-dan-mencegahnya