Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Gula Tak Memiliki Persentase AKG dalam Makanan Kemasan

KOMPAS.com - Setiap makanan dan minuman dalam kemasan penting dilengkapi dengan informasi nilai gizi atau nutrition facts pada kemasan.

Informasi nilai gizi merupakan label yang mencantumkan keterangan mengenai nilai atau kandungan gizi dari produk dalam kemasan tersebut.

Label nutrisi ini berguna sebagai panduan bagi konsumen sebelum membeli atau menggunakan suatu barang.

Salah satu kompoten yang bisa dibaca dalam label informasi gizi adalah angka kecukupan gizi (AKG).

Menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI, AKG merupakan suatu nilai yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu.

Zat gizi tersebut harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang dengan karakteristik tertentu.

Karakteristik tersebut didasarkan usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis.

AKG menjadi patokan kecukupan rata-rata gizi dalam sehari bagi hampir semua orang sehat di suatu negara.

Maka dari itu, AKG selalu ditemukan pada setiap kemasan makanan atau minuman dalam tabel informasi nilai gizi.

Dalam tabel AKG, umumnya akan tercantum kebutuhan gizi yang meliputi angka kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, air, vitamin, dan mineral yang dianjurkan (per orang per hari).

Label nutrisi mencantumkan semua kandungan atau nilai gizi dari suatu produk disertai persentase AKG.

Persentase AKG adalah perbandingan antara zat gizi dalam suatu produk dengan total zat gizi yang diperlukan tubuh.

Nah, uniknya, dalam setiap makanan atau minuman kemasan yang mengandung gula, kadar gula seringkali hanya dicantumkan dalam gram tapi tidak disertai persentase AKG seperti yang lainnya.

Sadarkah Anda mengenai hal tersebut?

Mengapa gula tidak memiliki persentase AKG dalam makanan kemasan?

Menurut Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat, Dr. dr. Tan Shot Yen, M. Hum, hal itu bisa terjadi karena tubuh kita tidak memerlukan gula.

Jadi, gula bukanlah zat gizi yang esensial. Di mana, kita masih mungkin hidup tanpa memakan gula.

Karena sepanjang kita makan karbohidrat lainnya, tubuh kita akan mampu membentuk gula dari karbohidrat tersebut.

Gula sendiri adalah karbohidrat yang struktur kimianya paling sederhana.

Untuk diketahui, karbohidrat yang bukan gula atau karbohidrat tidak sederhana akan dipecah oleh sistem pencernaan tubuh menjadi molekul-molekul gula untuk kemudian “dibakar” menjadi energi.

“Gula sebagai rafinasi, gula sebagai simple sugar, yang kita butuhkan adalah karbohidrat. Nah itu kita cerna maka badan kita lah yang akan mengonversi, mengubah si karbo kompleks jadi gula darah,” kata Tan dalam video yang dia bagikan kepada Kompas.com, Kamis (16/9/2021). Video itu menampilkan dirinya yang tengah membahas pentingnya memahami kandungan nutrisi pada produk makanan.

Tan mengatakan bahwa jika seseorang ingin meningkatkan kadar gula darah sebaiknya bukan dengan mengonsumsi gula, melainkan makanan sumber karbohidrat.

Ini seperti:

Gula perlu dicantumkan dalam informasi nilai gizi demi kesehatan

Tan menyampaikan, terdapat beragam jenis gula alami dan pemanis buatan yang dapat kita peroleh sehari-hari.

Berikut beberapa bahan pemanis yang bisa digunakan dalam produk makanan atau minuman:

1. Sukrosa

Sukoras disebut juga gula meja biasanya berasal dari gula tebu atau bit.

2. Maltosa

Maltosa disebut juga gula gandum dan memiliki tingkat kemanisan yang lebih rendah daripada glukosa dan fruktosa.

3. Pemanis buatan

Ada beberapa jenis pemanis buatan yang bisa terkandung dalam suatu produk makanan dan minuman.

Ini termasuk: 

  • Aspartam
  • Steviol glikosida
  • Natrium siklamat

Jenis-jenis gula ini biasanya tidak memiliki persentase AKG dalam informasi nilai gizi karena hanya merupakan jenis karbohidrat.

Meski begitu, kadar gula perlu dicantumkan di tabel informasi gizi untuk menjadi panduan sehat.

Tan menyampaikan, konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan risiko sejumlah penyakit kronis, seperti diabetes dan obesitas

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menganjurkan asupan gula orang dewasa sebaiknya tidak lebih dari 25 gram dalam sehari.

“Jadi kenapa kita punya banyak sekali masalah kesehatan? Karena Anda makan yang Anda doyan, tetapi badan Anda nggak butuh. Super ngeri,” jelas dia.

https://health.kompas.com/read/2021/09/26/160300468/alasan-gula-tak-memiliki-persentase-akg-dalam-makanan-kemasan

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke