KOMPAS.com - Memiliki tekanan darah rendah selama kehamilan adalah hal biasa.
Pada sebagian besar kasus, tekanan darah rendah atau hipotensi tidak akan menyebabkan masalah besar pada ibu hamil dan tekanan darah bisa kembali normal setelah melahirkan.
Meski begitu, tekanan darah rendah pada ibu hamil tak boleh dibiarkan begitu saja.
Dalam beberapa kasus, tekanan darah yang menjadi sangat rendah bisa berbahaya bagi ibu hamil.
Bahaya darah rendah pada ibu hamil
Pada umumnya, tekanan darah rendah selama kehamilan tak perlu dikhawatirkan kecuali ibu hamil mengalami gejala.
Melansir Health Line, kondisi tubuh drop parah pada ibu hamil bisa menjadi tanda masalah serius atau bahkan mengancam jiwa akibat tekanan darah rendah.
Tekanan darah yang sangat rendah dapat menyebabkan ibu hamil tumbang, mengalami kerusakan organ, atau mengalami syok.
Tekanan darah rendah juga bisa menjadi tanda kehamilan ektopik yang terjadi ketika sel telur yang dibuahi ditanam di luar rahim wanita.
Selain berbahaya bagi sang ibu, tekanan darah rendah selama kehamilan disinyalir juga bisa memengaruhi bayi yang dikandung.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah rendah yang terjadi selama kehamilan bisa menyebabkan sejumlah masalah pada bayi, seperti lahir mati dan berat badan lahir rendah.
Namun, penelitian lain telah menunjukkan faktor risiko tambahan yang harus disalahkan untuk kondisi tersebut.
Artinya, masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak tekanan darah rendah selama kehamilan pada kesehatan bayi.
Meski begitu, temuan tekanan darah rendah pada ibu hamil tetap saja tak boleh dianggap remeh.
Seperti diketahui, tekanan darah rendah yang terus berkembang dan menjadi parah bisa menyebabkan syok atau kerusakan organ pada ibu hamil.
Kondisi ini selanjutnya bisa mencegah darah mencapai janin yang menimbulkan risiko bagi kesehatan janin.
Di samping itu, salah satu risiko utama bagi wanita yang memiliki tekanan darah rendah adalah jatuh yang disebabkan oleh pingsan.
Beberapa wanita dengan tekanan darah rendah yang berdiri terlalu cepat setelah duduk atau berbaring berisiko mengalami pingsan.
Sering pingsan pada ibu hamil mungkin saja bisa membahayakan janin yang dikandung.
Penyabab darah rendah selama kehamilan
Dilansir dari Medical News Today, kehamilan bisa menyebabkan banyak perubahan karena tubuh wanita akan beradaptasi dengan upaya yang diperlukan untuk "menciptakan" bayi.
Inilah sebabnya mengapa sangat penting bagi wanita hamil untuk melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter selama kehamilan.
Selama pemeriksaan ini, dokter kemungkinan akan mengajukan pertanyaan kepada ibu hamil tersebut tentang gaya hidupnya.
Dokter juga akan memeriksa tekanan darah ibu hamil selama setiap kunjungan.
Tekanan darah dapat sedikit berubah tergantung pada tingkat energi, kegugupan, gaya hidup, dan tingkat stres ibu hmail.
Tekanan darah juga bisa lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada waktunya.
Tekanan darah seorang wanita mungkin lebih rendah dalam 24 minggu pertama kehamilan.
Kondisi ini mungkin disebabkan oleh sistem peredaran darah, karena pembuluh darah melebar untuk membiarkan darah mengalir ke rahim.
Penyebab sementara lainnya juga ada, seperti berdiri terlalu cepat atau berbaring di bak mandi air panas terlalu lama.
Meskipun ini umum terjadi, beberapa faktor lain dapat berkontribusi pada masalah ini dan menyebabkan tekanan darah turun lebih rendah dari biasanya.
Untuk ibu hamil, ini mungkin termasuk menjadi penyebab darah rendah:
Mungkin juga beberapa obat dapat menurunkan tekanan darah pada ibu hamil.
Jadi sangat penting bagi ibu hamil untuk memberi tahu dokter obat mana yang hendak dipakai.
Melansir WebMD, tekanan darah yang sangat rendah juga bisa menjadi tanda komplikasi pada awal kehamilan, seperti kehamilan ektopik atau hamil di luar rahim.
Tingkat tekanan darah normal pada tahap kehamilan
Selama kehamilan, tekanan darah adalah tanda kesehatan ibu dan bayi.
Dokter akan menggunakan angka tersebut untuk membantu mendiagnosis masalah mendasar atau kemungkinan komplikasi.
Menurut American Heart Association, secara umum, orang dewasa dikatakan memiliki tekanan darah normal jika angkanya berada di atas 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg, termasuk pada wanita hamil.
Seorang dokter biasanya akan mendiagnosis tekanan darah rendah pada ibu hamil ketika pembacaannya berada di bawah angka 90/60 mmHg.
Selama 12 minggu pertama kehamilan, seorang wanita mungkin melihat penurunan tekanan darahnya.
Tekanan darah rendah ini akan sering tetap pada tingkat rendah selama trimester pertama dan kedua dan akan meningkat lagi selama trimester ketiga.
Dokter akan terus memantau tekanan darah pada hari-hari setelah kelahiran untuk mencari komplikasi pasca-kehamilan.
Sementara tekanan darah rendah biasanya tidak perlu dikhawatirkan, gejalanya mungkin mengganggu atau mengurangi kualitas hidup bagi beberapa ibu hamil, terutama jika belum pernah mengalaminya sebelumnya.
Gejala darah rendah antara lain bisa termasuk:
Bagi ibu hamil yang mengalami gejala yang mengganggu seperti ini harus melaporkannya ke dokter.
Dokter bisa melakukan beberapa tes untuk memastikan bahwa tekanan darah rendah adalah penyebabnya dan bukan kondisi lain yang mendasarinya.
https://health.kompas.com/read/2021/10/14/140000068/bahaya-darah-rendah-pada-ibu-hamil