Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hiperglukagonemia, Paradigma Baru Diabetes Melitus

Akhir-akhir ini banyak sekali bantahan terhadap konsep tersebut. Kondisi hiperglikemik bukan akibat kekurangan insulin atau hipoinsulinemia. Kondisi itu dibuktikan sebagai akibat kondisi hiperglukagonemia (kelebihan glukagon) dengan atau tanpa hipoinsulinemia (kekurangan insulin).

Cara kerja glukagon dan insulin

Selama ini ada anggapan glukagon dan insulin bekerja secara berlawanan. Di mana saat glukagon dilepaskan maka insulin dihambat pelepasannya. Begitupun sebaliknya, jika insulin dilepaskan maka glukagon dihambat pelepasannya.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa glukagon dan insulin justru dilepaskan bersamaan. Kondisi ketika terjadi hiperglukagonemia terjadi bersamaan dengan kondisi hipoinsulinemia merupakan indikator adanya stres. Baik itu stres fisik maupun stres psikologis.

Hiperisulinemia yang disertai hiperglukagonemia pernah didemontrasikan dalam percobaan pemberian endotoksin. Kondisi mengakibatkan kerusakan sel liver.

Kondisi itu menunjukkan hiperglikemia disertai kelelahan pada hewan percobaan. Percobaan itu juga memperlihatkan letak reseptor utama insulin dan glukagon di liver.

Kondisi itu juga menjelaskan cara insulin dalam mengatasi kondisi hiperglikemia. Insulin berperan dalam penghambatan pembetukan gula endogen (EGP = endogen glucose productio). Hambatan itu dengan menghambat proses lipolisis (pemecahan lemak).

Pelepasan glukagon yang disertai penurunan kadar insulin merupakan efek dari rangsangan reseptor alfa adrenergik di pankreas. Di mana rangsang reseptor itu menyebabkan efek tersebut.

Perangsangan reseptor tersebut terutama oleh hormon golongan katekolamin, terutama epinefrin dan norepinefrin.

Pada penyakit infeksi sering terjadi kondisi itu. Hal ini terutama akibat rangsangan di hipotalamus yang mengakibatkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin.

Infeksi juga mengakibatkan proses peradangan. Proses ini melepaskan berbagai mediator peradangan, salah satunya sitokin. Sitokin akan mengakibatkan rangsangan pelepasan somatostatin. Somatostatin selanjutnya akan mengakibatkan penghentian pelepasan insulin dan glukagon.

Namun rangsang reseptor adrenergik selanjutnya hanya akan merangsang pelepasan glukagon. Hasil akhirnya adalah kondisi hiperglukagonemia disertai hipoinsulinemia.

Pemberian makanan manis justru merangsang pelepasan GLP-1. Hormon ini adalah hormon yang dihasilkan saluran cerna bagian atas, yang disebut sel L.

Hormon itu berperan dalam pelepasan insulin oleh sel beta pankreas. Pelepasan glukagon juga dirangsang oleh makanan, yaitu asam amino alanin.

Alanin adalah asam amino non esensial yang dihasilkan dari pemecahan protein. Glukagon selanjutnya juga memengaruhi pemecahan protein di dalam tubuh menjadi asam amino.

Kondisi itu juga yang mengakibatkan protein insulin dipecah menjadi leucin, sehingga insulin menjadi berkurang jumlahnya. Perangsangan glukagon oleh alanin menjelaskan dari mana hewan karnivora memperoleh kebutuhan glukosa.

Selain oleh alanin, pelepasan glukagon juga dipengaruhi asupan lemak. Asupan lemak mengakibatkan lipolisis. Ini juga menjadi sumber glukosa.

Glukagon juga ternyata tidak hanya diproduksi oleh sel alfa pankreas. Baru-baru ini para ahli menemukan bahwa glukagon juga diproduksi di saluran cerna. Hal ini menjelaskan mengapa pada saat percobaan pankreatektomi atau pemotongan pankreas terjadi peningkatan kadar glukosa darah.

Terjadinya hiperglukagonemia post prandial atau peningkatan kadar glukagon setelah makan ditengarai sebagai penyebab kondisi diabetes, sehingga dalam strategi penanggulangan diabetes terbaru justru mengarah pada upaya penanggulangan pemicu hiperglukagonemia. Karena kondisi itu dianggap sebagai kunci utama terjadinya hiperglikemik atau peningkatan kadar gula darah.

Hiperglukagonemia post prandial umumnya terjadi pada kondisi setelah puasa. Kondisi itu memicu stres yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin. Kondisi itu juga disertai perangsangan oleh alanin yang pada akhirnya menekan pembentukan.

Peran glukagon dalam kondisi hiperglikemia juga dibuktikan dalam percobaan pemberian zat toksin lainnya. Pada percobaan yang mengakibatkan kerusakan pada pankreas ditemukan kondisi hipoinsulinemia disertai hipoglikemi.

Artinya, kadar glukosa darah lebih ditentukan oleh pelepasan glukagon daripada kekurangan insulin. Memang sepertinya tidak terlihat beda antara kondisi hiperglikemik akibat kondisi hipoinsulinemia dengan hiperglukagonemia. Sama-sama mengalami kondisi hiperglikemia. Namun pemahaman ini memberikan peluang penanganan diabetes lebih baik.

Dengan mengatasi kondisi yang mengakibatkan hiperglukagonemia maka akan mencapai remisi total. Bukan kondisi kadar gula darah terkontrol. Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat.

https://health.kompas.com/read/2022/10/24/112405068/hiperglukagonemia-paradigma-baru-diabetes-melitus

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke