Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa yang Terjadi Jika Kemarahan Tidak Dikelola dengan Baik?

KOMPAS.com - Marah merupakan bentuk emosi yang normal dialami setiap orang. Namun, marah dapat memberi dampak negatif apabila tidak dikelola dengan baik.

Seseorang lebih rentan marah ketika sedang stres. Dalam keadaan ini, perasaan marah biasanya lebih sulit dikelola karena:

Apa yang terjadi jika kemarahan tidak dikelola dengan baik?

Seperti stres yang tidak dikelola dengan baik, kemarahan yang tak ditangani dengan cara yang tepat dapat menimbulkan ketidaknyamanan hingga memicu gangguan kesehatan.

Menurut sebuah penelitian di Ohio State University, orang yang kurang mampu mengontrol amarahnya cenderung lebih lambat sembuh dari luka batin maupun fisik.

Hal itu karena tubuh akan memproduksi banyak hormon stres, yaitu adrenalin dan kortisol.

Hormon kortisol dan adrenalin juga mengakibatkan pembuluh darah menyempit, jantung bekerja lebih cepat, dan tekanan darah meningkat.

Studi lain dari Harvard School of Public Health, menemukan bahwa mereka yang memiliki tingkat permusuhan (antar individu) yang tinggi berisiko mengalami masalah pernapasan (paru-paru).

Orang yang punya musuh atau bermusuhan lama-kelamaan juga mengalami penurunan fungsi organ lain seiring bertambahnya usia.

Beberapa masalah lain yang ditimbulkan akibat tidak bisa mengelola amarah:

Saat mengenali sinyal amarah, penting untuk mengeluarkan emosi tersebut secara perlahan, mengevaluasi dari mana perasaan marah berasal, dan memutuskan tindakan selanjutnya.

Dilansir dari Verywell Mind, berikut beberapa cara untuk mengelola kemarahan:

1. Tenangkan tubuh Anda

Ketika sinyal marah muncul, seseorang sangat mudah bereaksi dan justru mengambil tindakan gegabah hingga memperburuk keadaan.

Hal yang bisa kita lakukan adalah pergi sejenak dari sumber kemarahan atau konflik untuk menenangkan diri sendiri.

Selain itu, ada beberapa teknis yang bisa dilakukan untuk manajemen stres, seperti latihan pernapasan, olahrga cepat, atau alihkan fokus selama beberapa menit dengan membaca buku atau menonton tayangan favorit.

2. Identifikasi penyebab kemarahan

Saat merasa marah, tidak semua orang mengetahui penyebab atau akar masalah dari perasaannya itu.

Tak hanya itu, beberapa orang juga mengeluarkan emosi marahnya secara tidak tepat atau cenderung melampiaskan ke hal lain. Misalnya, seorang ayah kesal dengan beban pekerjaannya tapi melampiaskan amarah ke istri atau anggota keluarga lain.

Melihat fenomena tersebut, ada baiknya untuk mengidentifikasi penyebab kemarahan. Anda dapat menulis secara rinci bagaimana perasaan atau isi hati dalam sebuah notes sampai merasa lega.

Kemudian, Anda dapat berkonsultasi dengan teman dekat atau psikolog mengenai bagaimana dan sejauh mana perasaan marah menyelimuti pikiran hingga akhirnya menemukan penyebab dan cara terbaik mengelolanya.

3. Hindari beberapa pemicu amarah

Kemarahan timbul bukan hanya karena masalah besar dalam kehidupan. Beberapa peristiwa kecil pun memicu amarah yang sebenarnya dapat kita hindari, sebagai contoh:

4. Jaga kesehatan dan asupan gizi

Stres, kelelahan, kurang tidur lebih rentan memicu emosi marah pada diri seseorang. Sama halnya ketika kelaparan, orang cenderung marah dan tidak bisa bersabar.

Untuk itu, kita perlu menjaga kesehatan dan memenuhi kebutuhan gizi di tengah hiruk-pikuk kesibukan kantor atau urusan lainnya.

Hal yang wajib kita lakukan antara lain:

  • Tidur cukup yang berkualitas
  • Konsumsi makanan bergizi
  • Luangkan waktu untuk hobi
  • Kembangkan kreativitas
  • Bentuk hubungan yang sehat dengan sesama

https://health.kompas.com/read/2022/10/24/180100668/apa-yang-terjadi-jika-kemarahan-tidak-dikelola-dengan-baik-

Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke