Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laparoskopi Cikal Bakal Bedah Masa Depan

Kompas.com - 11/01/2008, 01:02 WIB

JAKARTA, KCM -  Teknik laparoskopi atau pembedahan minimal invasiv diperkirakan menjadi trend bedah masa depan. Bahkan pada 2010 mendatang, sekitar 70-80 persen tindakan operasi di negara-negara maju akan menggunakan teknik ini.

"Di negara-negara maju seperti Eropa, Amerika, dan beberapa negara Asia seperti Jepang, secara perlahan teknik konvensional akan diganti menjadi teknik minimal invasif.  Bahkan pada 2010 nanti sekitar 70 hingga 80 persen pembedahan akan menggunakan teknik minimal invasif," ungkap Dr. Errawan R. Wiradisuria, SpB(K)BD Sekjen Perhimpunan Bedah Endo-Laparoskopi Indonesia (PBEI) dalam diskusi Bedah Saluran Cerna dengan Teknik Bedah Invasif di RS International Bintaro, Tangerang, Selasa (8/1) kemarin.

Menurut Errawan, teknik laparoskopi kini banyak diminati karena banyak keuntungan yang diperoleh pasien. Selain luka minimal, waktu operasi pun singkat dan masa penyembuhan pun menjadi lebih cepat.

Laparoskopi sendiri merupakan teknik bedah tanpa harus membuka dada atau perut, melainkan dilakukan lewat dua atau tiga lubang berdiameter masing- masing 2 hingga10 milimeter. Satu lubang untuk memasukkan kamera mini (endokamera) yang memindahkan gambaran bagian dalam tubuh ke layar monitor, sedangkan dua lubang lain menjadi jalan masuk peralatan bedah.

Karena lukanya minimal, pemulihan menjadi lebih cepat, mengurangi nyeri pascaoperasi, dan rawat inap lebih singkat. Dari segi estetik juga menguntungkan karena parut/bekas luka yang ditinggalkan sangat kecil, tidak mengganggu penampilan.

Teknik laparoskopi menurut Errawan kini sudah banyak dilakukan untuk beragam kasus operasi di Indonesia. Bahkan beberapa Rumah Sakit telah menetapkan teknik laparoskopi sebagai prosedur baku untuk beberapa jenis operasi. "Di indonesia, teknik laparoskopi banyak paling banyak digunakan untuk pengangkatan batu dan kantung empedu, operasi usus buntu dan  pelepasan perlengketan.  Operasi ini juga digunakan untuk tumor usus, batu di saluran empedu, hernia dan gastric banding," terang Errawan.

Di Indonesia, teknik bedah laparoskopi mulai dikenal di awal 1990-an ketika tim dari RS Cedar Sinai California AS mengadakan live demo di RS Husada Jakarta. Selang setahun kemudian, Dr Ibrahim Ahmadsyah dari RS Cipto Mangunkusumo melakukan operasi laparoskopi pengangkatan batu dan kantung empedu (Laparoscopic Cholecystectomy) yang pertama. "Sejak 1997, Laparoscopic Cholecystectomy menjadi prosedur baku untuk penyakit-penyakit kantung empedu di beberapa rumah sakit besar di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia," ungkapnya.
 
Telesurgery Robotic
Bila di Indonesia, teknik laparoskopi masih digunakan untuk beberapa kasus dengan peralatan yang masih terbatas. Di negara-negara maju, teknik laparoskopi sudah memasuki tahap lanjutan (advanced laparoscopic), di mana pembedahan telah menggunakan robot (robotic surgery) dan koneksi via satelit untuk operasi jarak jauh (telepresence minimal invasive surgery).

Pada teknik telepresence ini, operasi tetap dilakukan oleh dokter namun dengan bantuan tangan robot. Pasien dan dokter bisa berada di tempat berbeda. Adanya jarak dapat diatasi dengan bantuan koneksi satelit sehingga operasi tetap dilakukan dengan melihat layar monitor.

"Teknik telepresence dengan robot pernah berhasil dilakukan di Bordeaux Prancis. Dokter hanya sebagai operator saja, pergerakan robot diatur memakai joystick. Hasilnya luar biasa, karena robot punya presisi yang sangat baik. Jadi segala hal yang awalnya mustahil, bisa menjadi kenyataan di masa depan," tandas Errawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com