KOMPAS.com - Campak merupakan penyakit menular, gejalanya tampak dengan munculnya ruam merah pipi di sekujur tubuh penderitanya.
Penularan virus campak dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita dan melalui udara.
Sebagian orang menganggap penyakit campak hanya terjadi pada anak-anak. Padahal, orang dewasa juga bisa terkena dan bahkan lebih berisiko mengalami komplikasi yang parah.
Campak pada orang dewasa biasanya terjadi pada mereka yang belum pernah vaksin, maupun belum pernah terkena campak.
Mari kenali lebih jauh mengenai campak pada orang dewasa melalui pembahasan berikut ini.
Baca juga: 5 Perbedaan Cacar Monyet, Cacar Air, dan Campak menurut Dokter
Sama halnya dengan campak pada anak-anak, penyebab utama campak adalah virus paramyxovirus.
Penularannya juga masih sama yakni melalui bersin, batuk dan sentuhan barang yang sudah terkontaminasi dengan virusnya.
Jadi, ketika seseorang menghirup udara yang tercemar air liur penderita campak maka berpotensi untuk tertular.
Gejala campak pada dewasa umumnya baru muncul sekitar 10–14 hari setelah seseorang terpapar virus.
Melansir dari Vinmec, berikut adalah beberapa gejala campak pada orang dewasa yang perlu diketahui.
Baca juga: Apakah Penyakit Campak Bisa Disembuhkan? Berikut Faktanya...
Selang dua atau tiga hari, bintik-bintik putih keabuan akan timbul pada mulut dan tenggorokan.
Kondisi ini juga dapat disertai dengan munculnya ruam kulit berwarna merah kecokelatan yang dimulai dari sekitar garis rambut, kemudian menyebar luas ke seluruh tubuh.
Gejala campak pada orang dewasa dan anak-anak biasanya hampir sama. Namun, penyakit yang terjadi saat dewasa bisa menimbulkan gejala dan komplikasi yang lebih berat.
Sebagian besar penderita campak sembuh dalam beberapa hari. Akan tetapi, pada pasien yang memiliki daya tahan tubuh lemah akibat HIV/AIDS, malnutrisi, atau kanker, campak dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti:
Baca juga: Bagaimana Virus Campak Menular ke Manusia?
Pada ibu hamil, terutama yang belum mendapatkan imunisasi, campak dapat menyebabkan sejumlah komplikasi pada janin, seperti kelahiran prematur, lahir dengan berat badan rendah, dan bahkan kematian janin.