Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Insulin Sedot: Kemudahan bagi Diabetesi

Kompas.com - 11/01/2008, 19:20 WIB

LEBIH dari 150 juta pengidap diabetes di dunia kini bergantung pada obat minum dan suntikan insulin. Ada kerepotan tersendiri untuk upaya itu. Namun, serbuk insulin produksi mempermudah pasien diabetes dalam mengontrol gula darahnya.

Awal tahun 2006 membawa berkah bagi para diabetesi karena Badan Obat dan Makanan Amerika (FDA) memberi lampu hijau produk inovatif yang bisa disedot lewat hidung lalu memasuki darah melalui paru-paru.

Tak ubahnya obat sedot sesak napas atau asma, pasien diabetes sama mudahnya menyedot insulin lewat liang hidung. Dialah yang dijuluki sahabat pasien diabetes (patient-friendly agent).

Temuan Lama
Sudah lama dipikirkan bagaimana agar hormon insulin yang selama ini hanya bisa masuk darah lewat suntikan, diubah sehingga bisa menjadi obat minum (oral). Namun, upaya itu belum berhasil karena insulin akan rusak selama perjalanannya di saluran pencernaan.

Pilihan lain pernah dicoba membuat semacam plester insulin, yang hingga kini belum juga berhasil. Demikian pula pilihan pompa insulin, meski dinilai kurang praktis. Kini sudah menjadi kenyataan serbuk insulin bisa efektif disedot lewat liang hidung.

Sudah sejak tahun 1925, insulin sedot hidung (inhaled insulin) mulai dipikirkan. Namun, teknologi farmasi waktu itu belum bisa berhasil menciptakannya.

Deposit serbuk insulin tersangkut di kerongkongan saja, dan gagal mencapai paru-paru, sehingga tak terserap oleh darah. Belakangan, dengan teknologi tinggi, berhasil diciptakan serbuk insulin yang bisa dihirup hidung, memasuki paru-paru, lalu diserap oleh darah

Uji klinis insulin sedot hidung selama tak kurang dari lima tahun membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Insulin setelah disedot hidung ternyata efektif memasuki darah setelah melewati paru-paru.

Lebih dari 2.000 pasien dilibatkan dalam uji klinis ini. Hasilnya ternyata sama efektifnya dengan insulin yang diberikan secara suntikan, bahkan superior dibandingkan dengan obat minum.

Kita tahu bahwa produksi insulin pada diabetesi turunan (Tipe1) tidak mencukupi, atau tiada sama sekali. Pabrik insulinnya memang gagal berproduksi. Cara rasional dipikirkan bagaimana memacu agar kelenjar yang berada di dekat lambung ini lebih giat berproduksi, sekiranya masih memungkinkan.

Teknologi rekayasa genetik pernah mencari cara bagaimana agar kuman tertentu direkayasa sifatnya untuk diperintah memproduksi insulin, dan sudah dilakukan. Belakangan teknologi kloning dirancang dan menjanjikan bakal terciptanya pankreas baru yang diambil dari buah kloningan sebagai suku cadang pengganti.

Namun, pilihan ini pun masih perlu waktu lama dan masih jauh dari kenyataan. Pemberian pasokan insulin dari luar (exogen) masih satu-satunya cara yang paling masuk akal bagi diabetesi Tipe 1 atau mereka yang mewarisi bakat itu, yang pabriknya memang sudah gagal berproduksi sejak usia muda.

Kita tahu, berbeda dengan diabetesi Tipe 2 yang penyakit gulanya baru muncul setelah berumur lanjut, diabetesi turunan sudah muncul sejak muda, bahkan ada yang semasih usia kanak-kanak. Dari sononya pankreasnya gagal berproduksi atau sama sekali tidak berproduksi.

Kekurangan insulin pada diabetesi Tipe 1 tidak mungkin didongkrak hanya dengan obat minum pemacu produksi insulin, sebagaimana lazim terapi yang diberikan kepada diabetesi Tipe 2. Ketergantungan pada insulin inilah yang membuat diabetesi Tipe 1 selama ini tak punya pilihan selain dengan cara menyuntikkan (sendiri) insulin buatan, mungkin perlu sampai empat kali dalam sehari.

Suntikan insulin sama sekali tidak praktis, tetapi masih harus dilakukan karena memang belum ada pilihan lain. Selain itu, bagi yang takut disuntik, suntikan insulin rutin sebuah trauma tersendiri. Belum kesalahan dalam teknik menyuntik, dosis insulin yang seharusnya diberikan, dan kemungkinan timbulnya efek samping.

Harapan baru
Ya, keberhasilan menciptakan serbuk insulin memberi harapan baru bukan saja bagi diabetesi Tipe 1, melainkan juga bisa dimanfaatkan oleh diabetesi Tipe 2. Insulin sedot hidung ini diindikasikan baik bagi diabetesi Tipe 1 maupun Tipe 2.

Kita tahu sebagaimana halnya obat asma sedot hidung (inhaler) yang dengan cara itu akhirnya obat memasuki darah, demikian pula serbuk insulin yang langsung memasuki darah melalui jalur yang berbeda, yaitu paru-paru. Yang semula melalui suntikan di bawah kulit (subcutaneous) dan kemudian masuk ke darah, kini diubah melalui hidung dan akhirnya memasuki darah juga, tetapi lewat paru-paru.

Dari uji klinis insulin sedot hidung terbukti, serbuk insulin cepat diserap (rapid acting). Meski dengan itu diabetesi Tipe 1 belum bisa terbebas sama sekali dari suntikan insulin, frekuensi suntikan insulinnya bisa dikurangi, dengan hasil pengontrolan gula darah yang terbukti jauh lebih baik.

Dibanding dengan hanya suntikan insulin, penurunan gula darah puasa maupun sehabis makan pada diabetesi Tipe 1 yang diberi insulin sedot hidung, hasilnya terbukti lebih baik. Dari uji klinis terbukti pula kalau pemberian insulin sedot hidung tidak sampai merusak paru-paru.@

Indikasi Suntikan Insulin
Umumnya suntikan insulin diberikan pada diabetesi Tipe 1 yang produksi insulinnya tidak ada atau hampir tidak ada. Suntikan ditarget bagi diabetesi dengan level HbA1c kurang dari 7 persen.

Di luar diabetesi Tipe 1, suntikan insulin juga diberikan pada kasus diabetesi Tipe 2 dengan gula darah sangat tinggi (krisis); selain pada ibu hamil bila dengan diet saja tidak berhasil mengendalikan gula darah; atau diabetesi dengan komplikasi keracunan darah (ketoacidosis); diabetesi yang sedang mendapatkan makanan lewat infus (parenteral); dan pada kasus kelebihan gula darah (hyperglycaemia) yang belum keracunan darah (non-ketotic).

Kasus-kasus diabetesi Tipe 2 umumnya cukup dikontrol dengan minum obat saja. Kita mengenal ada tiga jenis obat minum antidiabetikum. Ada yang untuk pasien diabetesi dengan berat badan berlebihan, ada pula jenis obat untuk pasien kurus, dengan kerja yang tentu tidak sama.

Jenis yang pertama dengan cara bekerja merangsang kelenjar pankreas agar giat memproduksi insulin, dan jenis yang ini tak masuk akal jika diberikan pada diabetesi Tipe 1 yang pankreasnya memang tak mungkin berproduksi lagi. Selama pankreas masih belum rusak, pabriknya masih bisa dipacu.

Jenis obat minum lainnya tidak memacu pankreas berproduksi, melainkan bekerja membantu mempermudah masuknya gula ke dalam darah, mencegah pemakaian lemak untuk tenaga, selain tidak menumpukkan lemak dalam tubuh.

Berbeda dengan golongan pemacu pankreas yang efek jeleknya bisa bikin gula darah anjlok (hypoglycaemia) dan pasien bisa sampai pingsan bila dosisnya berlebihan, obat golongan bukan pemacu pankreas, tidak berefek buruk seperti itu.

Pilihan jenis obat antidiabetikum disesuaikan dengan status gula darah pasien, ada tidaknya penyakit ginjal, hati, atau gondok, dan berat badan pasien. Adakalanya diperlukan obat kombinasi, termasuk kombinasi dengan suntikan insulin juga.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com