Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skizofrenia, Ibarat Merawat Porselen Retak

Kompas.com - 27/07/2008, 14:10 WIB

Di situ soalnya. Keluarga itu sudah tak mampu membeli obat. Sang ibu sudah pensiun dan mulai sakit-sakitan. Bantuan keluarga besar tidak ajek. Akibatnya, Wicaksono dan Radit sering tak minum obat beberapa minggu.

Setelah Ratna meninggal, keduanya dirawat oleh pekerja rumah tangga yang sudah puluhan tahun bekerja di rumah itu. Untuk keperluan makan dan obat, keluarga besarnya urunan setiap bulan. Radit kemudian meninggal karena diare.

Gejala awal yang sama terjadi pada Laras (32), anak kedelapan dari 11 bersaudara. ”Ibu mendidik kami dengan sangat keras,” ujar Fardli, kakak Laras, yang mengingat, sang ibu pernah membenamkan kepalanya ke bak mandi ketika Fardli berkelahi dengan kakaknya. ”Kami bertahan, tetapi Laras tidak.”

Fardli ingat, Laras yang berotak cemerlang itu tak pernah punya teman. Hubungan antaranggota keluarga tidak dekat sehingga Laras tak pernah akrab dengan siapa pun, di luar maupun di dalam rumah.

Gangguan kejiwaan berupa waham mulai tampak ketika ia kuliah. Ketika kerja praktik di, ia mengatakan, pemilik perusahaan adalah orangtua kandungnya. Ia sempat bekerja dan mendapat gaji sangat baik sebelum gangguan waham itu semakin serius. Ia bahkan merasa dirinya adalah cucu Presiden Soeharto dan istri aktor Ari Wibowo.

Karena semakin menjadi, keluarga sepakat memasukkan Laras ke rumah sakit jiwa. Setelah itu ia terus keluar-masuk rumah sakit jiwa. Kalau kambuh, ia tak mau minum obat dan sering kabur. Kalau tidak kambuh, Laras bersikap layaknya orang ”normal”. Hanya cara bicaranya seperti anak-anak.

Supaya lebih terkendali, Fardli tak melarang Laras menginap di rumahnya pada akhir pekan asal pamit pada ibunya. Ia minta agar Laras rajin minum obat dan juga mendorong adiknya menjalani terapi menulis.

Seluruh upaya terus ia lakukan meski Fardli paham adiknya tak akan pernah sepenuhnya pulih. Ia tahu, gangguan kejiwaan berat ibarat porselen retak. Tambalannya harus terus dijaga.

Penulis  : Maria Hartiningsih dan Lusiana Indriasari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com