Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wah, Kok, Diagnosanya Beda, Sih?

Kompas.com - 27/07/2008, 18:41 WIB

Sewaktu melakukan anamnesis, dokter yang menangani jelas membutuhkan bantuan dan kerjasama dari pasien. Di antaranya, pasien harus bisa mengungkapkan keluhan-keluhan yang dirasakan. Bila pasien tidak kooperatif saat berhadapan dengan dokter pertama, bisa saja penegakan diagnosisnya melenceng. Padahal ketika berhadapan dengan dokter kedua dia sangat kooperatif dan bisa menuturkan semua keluhan yang dirasakannya dengan baik, maka diagnosis yang melenceng pun bisa diluruskan.

* Waktu Pemeriksaan

Selang waktu sedikit saja di antara konsultasi pertama dan kedua, memungkinkan terjadinya perubahan kondisi kesehatan pasien. Misalnya di hari pertama saat pasien merasa mual biasa, oleh dokter besar kemungkinan ia dinyatakan terkena sakit mag. Namun karena penyakitnya tak kunjung sembuh, anak pun dibawa lagi ke dokter lain 2-3 hari berikutnya. Keluhan mual yang dirasakannya kini sudah berbeda, yakni terasa lebih berat dibarengi perasaan tertusuk di perut sebelah kanan. Dengan keterangan seperti itu, dokter diarahkan untuk memeriksa usus buntunya, sehingga diketahui bahwa penyakitnya adalah radang usus buntu.

Langkah Pendukung Ketepatan Diagnosis

Menurut Muljono, setidaknya ada 3 langkah pendukung ketepatan diagnosis seperti yang dijelaskannya berikut:

1. Anamnesis

Pada tahap ini, dokter akan mengajukan sederet pertanyaan, semisal apa saja yang dirasakan, bagaimana dan kapan ia merasakan keluhan sakit tersebut. Bila pasien jujur, tidak lupa, mengatakannya secara detail dan jelas, biasanya diagnosis akan berhasil ditegakkan dengan baik. Sayangnya, tidak sedikit pasien yang justru tidak jujur, lupa, malu atau memang tidak bisa mengungkapkannya secara jelas. Akibatnya, besar kemungkinan hasil diagnosis sulit ditegakkan atau diagnosisnya kurang tepat. Menurut Muljono, perbedaan diagnosis biasanya terjadi pada tahap ini. Pada pasien anak kecil, contohnya, bukan hal mudah untuk mengorek keterangan apa yang sebenarnya dirasakan. Di sinilah pentingnya kemahiran dokter dalam menggali informasi dari pasien ciliknya agar bisa mendiagnosis secara tepat.

Biasanya, penyakit berbeda yang memiliki keluhan sama sering didiagnosis salah. Contohnya mag dan usus buntu. Terlebih bila dokter yang menegakkan diagnosis kurang berpengalaman atau pemeriksaan dilakukan secara kurang mendetail. Sama halnya dengan penyakit paru-paru yang harus ditelusuri apakah masih tergolong peradangan ringan, sudah berat atau malah mengarah ke TBC.

2. Pemeriksaan Fisik

Untuk memperkuat hasil anamnesis, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik. Salah satunya dengan menggunakan stetoskop. Pemeriksaan semacam ini diperlukan untuk membuktikan sekaligus menguatkan dugaan yang muncul saat anamnesis. Jika di saat anamnesis pasien mengaku demam, dan sering batuk disertai keluhan pusing, maka yang segera muncul di benak dokter pastilah radang paru. Nah, untuk mengetahui lebih mendalam benar tidaknya radang paru, dan apakah sudah kronis atau belum, digunakanlah stetoskop.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau