KITA tentu tak asing dengan berbagai kemasan berbalut plastik. Hampir semua barang-barang yang ada di sekeliling kita tak lepas dari bahan bernama plastik ini. Mulai dari mainan anak, alat-alat rumah tangga, alat kantor, sampai benda-benda elektronik berbungkus plastik.
Salah satu alasan pemakaian plastik tentu tak lepas dari berbagai kelebihannya. Meski ringan, plastik tak berkarat, mudah dibentuk, dan tidak gampang pecah. Semua ini membuat plastik lebih praktis ketimbang bahan tradisional yang membutuhkan perawatan khusus.
Tak hanya itu, plastik juga relatif murah dan terkenal gaul dengan bahan lain. Artinya, bahan ini mudah bercampur dengan aneka bahan pewarna. Sudah begitu. Alhasil, banyak orang terpikat pada plastik dengan keanekaan bentuk dan warnanya.
Dengan berbagai kelebihan itu, tak heran jika plastik kini menjadi pilihan utama untuk membungkus aneka produk.
Sejarah plastik sangat panjang. Yang jelas, pemakaian bahan ini makin tak terbendung setelah Perang Dunia II. Bahkan, selama dua dasawarsa terakhir ini, pasar plastik mampu menyaingi pasar pangan di dunia. Maklum, makanan membutuhkan kemasan atau bungkus yang kini sebagian besar dari plastik.
Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia Hengky Wibowo mengungkapkan, besarnya pengunaan plastik tak lepas dari kebutuhan warga dunia yang ingin serba praktis. "Plastik jelas lebih praktis dan bahan lama dibandingkan tempat makanan tradisional seperti daun," tandas Hengky.
Namun, di balik kepraktisan itu ada bahaya mengintip di balik pemakaian plastik. Setidaknya, ada dua bahaya plastik. Pertama, plastik akan menjadi sampah yang sulit terurai. "Plastik yang adalah produk non-biodegrable sulit untuk diuraikan," pasar Ahli Teknologi Pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Hartoyo.
Asal tahu saja, limbah plastik baru bisa terurai setelah 1.000 tahun. Bandingkan dengan limbah kertas yang membutuhkan waktu sebulan untuk terurai. Kedua, plastik mengandung bahan kimia yang berbahaya, yakni Bisphenol A alias BPA. Bahan kimia ini bisa merangsang pertumbuhan sel kanker serta memperbesar risiko keguguran pada ibu hamil.
Monomer mudah terlepas
Singkatnya, tak hanya bisa mencemari lingkungan, plastik jelas jugaberpotensi mengancam kesehatan kita. Boleh jadi kedua bahaya ini lah yang membuat banyak negara kini mulai mengurangi penggunaan plastik.
Ambil contoh China. Sejak 1 Juni 2008 lalu, pemerfntah China mewajibkan warganya membungkus barang belanjaan dengan kertas. Kecemasan pemerintah Negeri Tembok Raksasa ini cukup beralasan. Sebab, penelitian di negeri itu menunjukkan bahwa penggunaan kemasan plastik untuk makanan dan minuman dapat mengganggu kekebalan tubuh manusia.