Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Lebak Desak Dinkes Serius Tangani TBC

Kompas.com - 11/11/2008, 22:23 WIB

LEBAK, SELASA - Warga mendesak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, agar serius menangani penyakit yang disebabkan Mycbacterium tuberkulosis (kuman TBC) menyusul sepanjang Januari-September 2008 sebanyak 5.517 penderita berobat ke RSUD dr Adjidarmo Rangkasbitung.
     
"Saya sebagai warga tentu sangat berharap petugas kesehatan lebih pro aktif untuk mencegah penularan penyakit TBC," kata Endang (40) warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Selasa.
    
Dia mengatakan, hingga saat ini penderita TB di Lebak masih memprihatinkan, setelah ditemukan 5.517 orang dalam sembilan bulan terakhir yang berobat ke UGD RSUD Adjidarmo Rangkasbitung.
     
Sebagian besar kasus penyakit TBC menyerang warga yang masih dalam usia produktif antara 15 hingga 50 tahun.
     
Oleh karena itu, pihaknya mendesak Dinkes Lebak bisa mencegah penularan penyakit TBC itu dengan menggelar sosialisasi atau melakukan penemuaan kasus untuk dilakukan pengobatan.
     
Sebab, saat ini masih banyak pederita TBC, namun mereka enggan berobat ke rumah sakit atau puskesmas.
     
Padahal, pengobatan ini disediakan gratis dan bisa didapatkan pada setiap puskemas atau rumah sakit terdekat.
     
Menurut dia, penyakit TBC termasuk penyakit yang berbahaya dan menempati urutan ketiga di dunia setelah HIV/AIDS. Bahkan, Indonesia terhitung menempati posisi ketiga setelah India dan China.
     
Gejala TBC ini muncul seperti batuk berdahak selama tiga minggu atau lebih, diikuti demam, berat badan menurun, keringat malam dengan tanpa aktifitas.
     
Selain itu, nafsu makan orang yang terserang TBC juga akan menurun drastis, serta akan merasakan nyeri pada dada dan juga batuk berdarah.
     
"Jika warga berturut-turut batuk selama tiga minggu sebaiknya diperiksakan ke puskesmas atau rumah sakit," ujarnya.
     
Abdurahman (40) warga Panggarangan Kabupaten Lebak, menyatakan, sampai saat ini warga masih belum mengetahui gejala penderita TBC dan jika batuk-batuk selama tiga minggu mereka tidak mau memeriksakan ke puskesmas terdekat.
     
Saat ini, warga masih memiliki anggapan penyakit TBC termasuk jenis penyakit kutukan sehingga mereka merasa malu untuk berobat pe puskesmas.
     
"Saya berharap petugas kesehatan lebih banyak memberikan sosialisasi atau penyuluhan dalam upaya  mencegah penularan TBC," katanya.
     
Sementara itu, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan, Kabupaten Lebak, Alwan Amirudin, mengatakan, penyakit TBC bukan penyakit kutukan dan bisa disembuhkan bila si penderita melakukan pengobatan secara rutin selama 6-8 bulan.
     
"Kalau mereka berobat secara teratur, penyakit TBC dipastikan sembuh total," katanya.
     
Dia menyebutkan, sampai saat ini pengobatan baru mencapai 60 persen dari 1.200 orang penderita TBC di Kabupaten Lebak.
     
Untuk itu, sumber penularan TBC masih berpotensi sepanjang mereka belum tertangani petugas.
     
"Kami meminta warga lebih berperan aktif untuk menuntaskan TBC dengan menjaga kebersihan lingkungan juga jika batuk-batuk selama tiga minggu segera diperiksakan ke puskesmas terdekat," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com