Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alami DBD Saat Hamil Pengaruhi Bayi Selama 3 Tahun Pertama

Kompas.com - 25/04/2024, 18:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa ibu hamil yang terkena demam berdarah dengue (DBD) memberi dampak negatif kepada kesehatan bayi belum lahir pada tiga tahun pertama kehidupannya.

Demam berdarah dengue adalah salah satu penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang bisa mengancam kehidupan separuh populasi di dunia.

Baca juga: Curah Hujan Tak Menentu, Waspadai Penularan DBD

"Meski demam berdarah adalah penyakit yang banyak ditularkan oleh nyamuk, tetapi belum banyak perhatian diberikan untuk dampaknya terhadap hasil kelahiran," kata Dr. Livia Menezes, salah satu penulis studi dari University of Birmingham, yang dilansir dari Medical Daily pada Rabu (24/04/2024).

Untuk menguji dampak demem berdarah dengue pada kehamilan terhadap kelahiran bayi dalam kandungan, Dr. Menezes mengatakan bahwa para peneliti mengumpulkan banyak data mengenai infeksi DBD pada ibu hamil dari Minas Gerais, Brasil.

Para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang ibunya tertular DBD selama kehamilan memiliki kemungkinan 27 persen lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit sejak lahir hingga usia tiga tahun.

Baca juga: Biaya Perawatan DBD yang Ditanggung BPJS Kesehatan Naik Tajam

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam American Economic Journal: Applied Economics, risiko mencapai puncaknya pada tahun kedua kehidupan bayi, dengan peningkatan angka rawat inap sebesar 76 persen.

"Makalah ini memaparkan penelitian kuat yang menunjukkan bahwa tertular DBD, meskipun kasusnya ringan, saat hamil dapat berdampak signifikan pada kesehatan anak setelah lahir," ujar Dr. Menezes.

Bahkan, ucapnya melanjutkan, dampak DBD terhadap kesehatan bayi yang lahir dapat jangka panjang.

"Misalnya, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa berat badan lahir rendah dapat berdampak negatif terhadap hasil sosio-ekonomi dan kesehatan di masa dewasa," ungkapnya.

Baca juga: Kemenkes: Teknologi Wolbachia Efektif untuk Kurangi Kasus Dengue

Analisis dari penelitian baru ini juga menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang terkena DBD selama kehamilan akan memiliki penurunan berat badan lahir.

Hal ini meningkatkan risiko bayi baru lahir dikategorikan memiliki berat badan lahir sangat rendah sebesar 67 persen dan berat badan lahir rendah ekstrem sebesar 133 persen.

Dr. Martin Foureaux Koppensteiner, Associate Professor bidang Ekonomi di University of Surrey mengatakan bahwa hasil kelahiran yang negatif ini tidak hanya terbatas pada kesehatan masing-masing anak dan ibu, tetapi juga berdampak lebih luas pada komunitas di mana DBD sering terjadi.

"Rawat inap dan masalah kesehatan yang berkelanjutan akibat infeksi pada ibu, semuanya memerlukan biaya, dan hal ini dapat dihindari, atau setidaknya diminimalkan dengan peningkatan kesadaran dan kebijakan yang lebih baik," ujar sebagai penulis studi lainnya.

Dr. Koppensteiner lantas menyarankan agar DBD harus mendapatkan perhatian bersamaan dengan infeksi TORCH untuk ditangani dan dihindari selama kehamilan.

TORCH adalah singkatan dari lima nama jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Other infection (seperti rubella, HIV, sifilis, cacar air, Zika, dan influenza).

Baca juga: Tanda-tanda Peringatan Demam Berdarah Dengue yang Harus Disadari

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau