Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Depo Plumpang Pernah Diincar Teroris

Kompas.com - 19/01/2009, 00:32 WIB

DEPO Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Minggu malam (18/1) sekitar pukul 21.20 WIB meledak dan terbakar. Api berkobar menjulang tinggi susah dipadamkan. Bahkan semakin malam, api semakin besar dan lokasi kebakaran semakin meluas. Meledaknya Depo Pertamina Plupang ini mengingatkan tindakan preventif Densus 88 Mabes Polri beberapa waktu lalu.

Sekitar empat bulan yang lalu atau tepatnya hari Selasa, 21 Oktober, Mabes Polri menangkap Rusli Mardani  alias Wahyu Ramadhan alias Uci alias Farid alias Zulfikar di rumah kontrakannya di Jalan Gading Sengon 7 RT 05/ RW 14, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Polisi juga menangkap lima orang lainnya di wilayah Jakarta dan Bogor, yakni Nurhasani alias Hasan, Muntasir, Imam Basori alias Basar dan Budiman.

Polisi menyebut mereka ini adalah jaringan teroris bentukan baru Jamaah Islamiyah (JI). Kelompok Wahyu Cs merupakan gabungan dari beberapa kelompok Islam garis keras, seperti kelompok Jundullah di Sulawesi,  kelompok Jamaah Islamiyah di Ambon, Poso dan Jawa, kelompok Kompak di Kayamaya Poso, Ambon, dan Jakarta, kelompok Fakta di Palembang, kelompok NII di Jakarta, dan kelompok Jamaah Islamiyah di Singapura dengan tokohnya Hasan alias Taslim yang merupakan lulusan kamp Al Qaeda di Afghanistan.

Kelompok Wahyu Cs ini terindikasi merancang serangan  aksi teror bom untuk meledakan Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara. Barang bukti yang ditemukan dari serangkaian penggrebekan kelompok Wahyu Cs, yang semakin memperkuat dugaan mereka ini adalah kelompok teroris, di antaranya pistol model NP 17 kaliber 9 mm, magazen dua buah, peluru 9 mm 27 butir, senjata laras panjang satu buah, peredam satu buah, serbuk coklat sejenis TNT dalam dirijen putih sebanyak 2.675 gram. Disamping itu polisi juga  menemukan dokumen teknik perakitan bom yang ditulis tangan.

Dari hasil penyelidikan polisi, Wahyu yang setiap hari bekerja sebagai pekerja serabutan ini sudah setahun di daerah itu. Polisi menduga, untuk merancang aksi. Sebab ia mempunyai track record yang cukup meyakinkan sebagai peracik bom dan anggota teroris. Dia tercatat pernah terlibat pertempuran di Ambon dan adu tembak dengan polisi.

Ia juga pernah jihad di Ambon pada tahun 2002-2003  dan tahun 2005. Tahun 2007 ia balik lagi ke Ambon untuk berjihad. Tanggal 22  Januari 2007 ia kemudian terlibat kontak senjata api dengan tim Mabes Polri di Poso pada saat penangkapan pelaku teror di Poso. Wahyu lalu melarikan diri pada tanggal 24 Januari 2007 ke Gorontalo. Pada 25 Januari 2007 ia sudah berhasil lari ke Jakarta dan keberadaannya tidak terdekteksi lagi. Polisi menemukan jejaknya setelah ia aktif konsolidasi untuk membuat aksi meledakan Depo Pertamina Plumpang.

Wahyu juga pernah tercatat terlibat dalam kasus penembakan anggota Brimob di Loki, Maluku. Saat melakukan aksinya itu, Wahyu ditemani oleh beberapa orang rekannya, antara lain Asep Dahlan, Asadullah, dan lain-lain. Ia juga telibat pemilikan senjata api, amunisi, bahan peledak, cairan kimia dalam rangka persiapan kegiatan teroris di Indonesia.
 
Kenapa teroris mengincar Depo Pertamina Plumpang, yang notabene bukan simbol Barat? Depo Pertamina Plumpang merupakan jalur penampungan suplai minyak di wilayah Jakarta sampai sebagian wilayah Jawa Barat. Depo Plumpang menyalurkan berbagai macam produk yaitu premium, kerosene, solar, biosolar, pertamax, dan pertamax plus. Depo itu melayani SPBU se-Jabodetabek atau setidaknya memasok premium ke 600 SPBU dan bahkan menyuplai pertamax hingga ke Bandung.

Depo Plumpang menyuplai sebesar 11.000 kiloliter perhari untuk premium, 4.200 kilo liter perhari kerosene, dan solar plus biosolar sebesar 5.100 kilo liter perhari. Depo ini juga menjadi urat nadi penyuplai energi di tiga pulau besar, yakni Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Bahan bakar untuk ketiga pulau ini disebarkan melalui Plumpang.

Lalu apakah ledakan Depo Plumpang ini ada kaitanya dengan teroris? Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Abubakar Nataprawira belum dapat memastikan. "Kita belum tahu pasti apa penyebabnya, " katanya singkat saat dihubungi Minggu (18/1). (PersdaNetwork/ sugiyarto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com