Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Babak Baru Riset Sel Punca

Kompas.com - 04/02/2009, 00:54 WIB

Evy Rachmawati

Setelah sekitar delapan tahun diboikot secara politik, para ilmuwan di Amerika Serikat mendapat lampu hijau untuk kembali mengembangkan riset sel punca embrionik. Meski dibayangi masalah etika, hal ini menimbulkan harapan akan adanya temuan baru.

Pesatnya perkembangan penelitian sel punca, khususnya embrionik, di AS mengalami masa suram saat pemerintahan Presiden George Bush. Karena dinilai tidak etis, Bush melarang pemerintah federal mendanai studi mengenai sel punca dari embrio manusia.

Namun, era pemboikotan politik terhadap aktivitas riset sel punca, khususnya embrionik, tidak lama lagi akan berakhir. Dalam kampanyenya, Presiden Barack Obama telah berjanji untuk mencabut larangan riset dan pemerintahannya mendukung penelitian sel punca.

Perubahan itu disambut gembira oleh para ilmuwan, termasuk Douglas Melton dari Universitas Harvard. Ia dan sejumlah ilmuwan lain yang memilih tetap bertahan di AS di bawah tekanan politik Bush secara gigih terus mengembangkan riset sel punca meski dibatasi ruang geraknya.

Tragedi menginspirasi

Inspirasi para ilmuwan untuk terus bersemangat mengembangkan riset sel punca bisa datang dari mana saja, termasuk tragedi. Dalam kasus Melton, kegigihannya dalam meneliti sel punca embrionik berawal dari penderitaan anaknya, Sam, saat berusia 6 bulan, yang didiagnosis terkena diabetes tipe satu.

Penyakit itu tak hanya mengubah kehidupan Sam semasa kanak-kanak, tetapi juga seluruh anggota keluarganya. Hampir setiap malam, Melton dan istrinya mengecek kadar gula dalam darah anaknya dan memberi Sam gula bila ternyata konsentrasinya terlalu rendah.

”Saya berpikir, tidak ada jalan untuk hidup, lalu saya putuskan untuk tidak hanya pasrah tetapi harus berbuat sesuatu,” kata Melton kepada Majalah Time.

Sebagai ahli biologi molekuler, Melton terus meneliti sel punca embrionik dengan dukungan dana dari para alumni Universitas Harvard, Harvard Stem Cell Institute (HSCI), dan beberapa lembaga swasta lainnya. Ia juga menghasilkan 70 sel baru dan mendistribusikan 3.000 kopi kepada para ilmuwan di seluruh dunia secara gratis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com