Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peserta Program Vasektomi di Yogya Masih Kecil

Kompas.com - 25/02/2009, 19:43 WIB

YOGYAKARTA, RABU - Jumlah peserta program keluarga berencana yang memilih metode vasektomi atau memutus vasdeferen sehingga sehingga sperma tidak bisa menuju saluran pengeluaran di Kota Yogyakarta masih cukup kecil dibanding pengguna alat kontrasepsi lain. Selama tahun 2008 hanya ada 170 orang dan sebagian besar sudah tidak ingin memiliki anak.

Kepala Kantor Keluarga Berencana (KKB) Kota Yogyakarta CH Lucy Irawati, Rabu (25/2), mengatakan, jumlah peserta KB pria mencapai 16 persen dari total peserta KB aktif 35.090 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar lebih memilih kondom sebagai alat kontrasepsi.

Secara umum kontrasepsi yang paling diminati adalah suntik. Kalau pil mereka kadang lupa padahal semestinya cara ini cukup murah, Rp 15.000 sekali suntik untuk tiga bulan. Kondom sendiri ada yang merasa kurang puas. "Sedang IUD kebanyakan orang takut membayangkannya seperti apa," ujar Lucy.

Menurut Lucy dari 91.209 keluarga yang ada di kota Yogyakarta, 48.701 pasang di antaranya masih berada pada tataran usia subur. Mereka inilah yang menjadi sasaran semua program KB, termasuk dirangkul untuk mengikuti program vasektomi.

Titik Witayani selaku Kepala Seksi KB KKB mengatakan pihaknya belum melakukan penelitian mengapa jumlah peserta vasektomi masih belum banyak. Adapun upaya menaikkan peserta vasektomi sempat terbentur oleh larangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menganggap bahwa cara itu dinilai haram . Vasektomi dianggap menyebabkan kemandulan tetap.

"Setelah kami bertemu MUI ternyata memang bisa direkanalisasi. Jadi yang dilarang adalah di putus (dikebiri), tapi vasektomi yang kami lak sanakan bisa disambung kembali," ujarnya.

Menurut Titik vasektomi maupun tubektomi (mengikat atau memotong saluran tuba falopi pada perempuan) di Kota Yogyakarta bukan menjadi monopoli masyatakat dari satu golongan ekonomi saja. Ada sebagian berasal dari ekonomi mapan, dan sebagian lainnya berasal dari ekonomi menengah dan bawah. Yang pasti mereka telah mantab untuk tidak memiliki anak lagi, katanya.

Diakui, bahwa untuk menyukseskan program ini masih terkendala oleh kemampuan rumah sakit. Masih ada rumah sakit di Kota Yogyakarta yang belum dapat melayani beberapa jenis kontrasepsi bagi keluarga prasejahtera dan sejahtera I dengan biaya yang disediakan pemerintah pusat.

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com