Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meningkat, Penderita Hipertensi dan Gagal Ginjal

Kompas.com - 14/03/2009, 20:59 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Jumlah penderita  penyakit hipertensi dan gagal ginjal yang ditangani Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung terus menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun.
     
Konsultan Ginjal Hipertensi dr  Ria Bandiara  SpPD-KGH disela-sela Simposium Awam Hipertensi dengan Segala Aspeknya di hotel Grand Preanger Bandung, Sabtu menyebutkan pasien hipertensi yang tercatat pada poli ginjal dan hipertensi RSHS Bandung tahun 2007 sebanyak 4.000 orang dan tahun 2008 naik menjadi 4.100 orang.

Menurut ketua penyelenggara simposium Prof Dr dr M Rachmat Soelaeman, dari 4.000 penderita hipertensi, sekitar 17 persen di antaranya juga  menyumbang penyakit gagal ginjal. Kejadian hipertensi tertinggi ada pada usia di atas 60 tahun dan terendah pada usia di bawah 40 tahun.

Penyakit hipertensi pasti menyebabkan komplikasi dengan mata, jantung, ginjal, dan pembuluh darah di otak. Inilah yang menyebabkan kematian. Kematian akibat hipertensi paling besar pada usia 50-60 tahun.

Hipertensi di negara berkembang biasanya disebabkan gaya hidup modern yang berdampak tidak sehat, seperti merokok, obesitas, fisik yang kurang beraktivitas, dan stress psikososial.

Tekanan darah yang tinggi inilah yang merupakan kunci faktor patogenetik yang mempengaruhi penurunan fungsi ginjal. Jika sudah seperti itu, maka penderita hipertensi akan menderita PGK.

Orang yang terkena PGK harus melakukan cuci darah minimal dua  kali seminggu, dengan biaya cuci darah di Bandung berkisar dari Rp500 ribu.

Pasien yang tidak mampu diberi kemudahan untuk melakukan cuci darah. Mereka mendapatkan bantuan 29 persen  dari biaya cuci darah dengan menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan 26 persen  dari Asuransi Kesehatan, sedangkan biaya sendiri hanya 40 persen dari biaya keseluruhan.

Untuk mendapatkan kesempatan cuci darah gratis, pasien harus mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) ke kelurahan masing-masing.

Namun  tidak semua  bisa dilayani karena keterbatasan alat. RSHS hanya mempunyai 20 alat cuci darah. Jadi  satu hari  hanya bisa menangani 40 orang pasien cuci darah.

Deteksi penyakit dan sadar penyakit harus dilakukan sejak masih muda. Di Indonesia, penyakit hipertensi terus mengalami peningkatan karena tingkat kesadaran dan kewaspadaan masyarakat akan kesehatan masih rendah.      

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com