Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Sakit Punggung Saat Hamil

Kompas.com - 05/05/2009, 18:09 WIB

KOMPAS.com — Kebanyakan sakit pada punggung selama kehamilan terjadi akibat perubahan otot tulang punggung (70 persen). Selama kehamilan, rahim makin besar akibat berat janin dan cairan amniotik. Berat ini bisa merubah pusat gravitasi pada ibu, menyebabkan penambahan beban di otot punggung dan ligamen.

Untungnya, hal ini hanya berlangsung selama 9 bulan sehingga para calon ibu dapat mudah beradaptasi terhadap perubahan ini. Tapi, untuk mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan ini bakal mengalami sakit punggung, otot keseleo/tegang atau cedera pada ligamen.

Coba tes dengan membawa kotak seberat 3–10 kg di depan Anda. Tahan berat ini selama sejam. Punggung pasti bakal sakit dan butuh bantuan untuk mengurangi ketegangan dan ketidaknyamanan. Apalagi berat badan calon ibu dapat bertambah 10–20 kg saat mengandung.

Penyebab lainnya adalah perubahan hormonal. Hormon progestrone membuat ligamen lebih lentur dan fleksibel. Ini akan menyebabkan perubahan terjadi dalam rahim dan tulang panggul sehingga janin dapat melewati vagina dan keluar secara normal. Ligamen pada tulang belakang secara perlahan akan makin melemah, menambah risiko kompensasi kelebihan beban pada punggung karena beban di depan. Tanpa otot punggung yang kuat, luka pada ligamental akan semakin parah sehingga postur memburuk.

Yang lain, 30 persen dari sakit punggung selama hamil bisa jadi akibat tidak beresnya tulang belakang yang terjadi sebelumnya. Sekarang, dengan semua perubahan hormonal dan mekanis/struktural, gangguan pada tulang belakang seperti hernia atau tekanan saraf bisa terjadi.

Keadaan makin buruk bila kehamilan terjadi berturut-turut. Jika sakit punggung terjadi terus-menerus, maka tulang punggung akan lebih banyak mengalami tekanan. Kondisi tulang belakang bisa memburuk, khususnya proses degenerisasi yang lebih cepat pada piringan. Hal ini dapat meningkatkan atau memperburuk sakit punggung pada kehamilan selanjutnya.

oleh Dr. Bernard Lee

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com