JAKARTA, KOMPAS.com - Mulai umur 50 tahun ke atas para pria mesti waspada. Pasalnya 4 dari 5 pria berumur 50 tahun berisiko mengalami gangguan prostat. Semakin bertambah umur, prevalensinya makin tinggi.
Demikian diungkap dr. Rachmat B. Santoso, Sp.U dari Rumah Sakit Pusat Kanker Nasional Dharmais saat Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Prostat di R.S. Dharmais, Jakarta, Selasa (12/5).
"Laki-laki bisa seperti itu karena kami mempunyai hormon testoteron yang dihasilkan oleh testis," kata dokter lulusan Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa di dalam tubuh, hormon tersebut berubah menjadi dihydrotestosterone (DHT). Seiring bertambahnya usia, DHT akan semakin banyak, akibatnya prostat akan semakin membesar. Berat normal prostat adalah 20 gram, tapi kalau sudah membesar bisa mencapai 100 gram.
Ketika prostat membesar maka ia akan menjepit saluran uretra atau saluran kandung kemih yang melewati prostat menuju penis. Prostat sendiri letaknya di antara pangkal penis dan kandung kemih. "Jika sudah seperti ini, maka yang bersangkutan akan mengalami gangguan," ungkap Rachmat.
Gangguan yang dimaksud antara lain sulit pipis (pipis harus nunggu dulu 1 - 2 menit baru bisa mulai pipis), sering pipis (dalam sehari bisa 6-7 kali), saat tidur malam kerap terbangun untuk pipis (frekuensi di atas 2 kali), kalau terasa mau pipis harus segera ke kamar mandi karena bisa mengompol, alami terminal dribbing atau pipis di celana duluan, pancaran kencing melemah (tidak jauh lagi), dan air kencing mengandung darah meski tampak bening.
Akibatnya para pria ini akan merasa sakit tiap kali pipis, mengalami infeksi saluran kemih karena ada sisa kemih yang tertinggal akibat terjepitnya uretra, timbul batu (air kemih yang tertahan akan ciptakan residu yang lambat laun akan memadat dan mengeras) dan jika tersumbatnya uretra menjadi kronis ginjal akan membengkak. Akibatnya timbul gagal ginjal.
Menurut Rachmat, kalau sudah seperti itu perlu ada tindakan penanganan. Penanganan pertama adalah dengan cara pengobatan. Obat yang diberikan adalah a-blockers untuk membuat otot prostat yang membesar rileks. Obat lainnya adalah a-reductase inhibitors untuk mengurangi volume prostat. "Pengobatan ini dilakukan selama 6 bulan - 1 tahun secara berturut-turut," katanya.
Jika pengobatan tidak mempan, tambahnya, maka dilakukan endoskopi untuk meresesi prostat sehingga tidak lagi menjepit saluran uretra atau saluran kandung kemih.
Tetapi jika gangguan prostat sudah sangat parah, maka yang mesti dilakukan adalah mengoperasi prostat. "Ini sangat berisiko karena bisa mengakibatkan impotensi," tegas Rachmat memperingatkan.
Fungsi prostat sendiri, ia melanjutkan, adalah membantu memproduksi cairan semen untuk memudahkan sel sprema bergerak menuju indung telur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.