Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemiskinan Bukan Satu-satunya Penyebab Gizi Buruk

Kompas.com - 05/09/2009, 10:32 WIB

MALANG, KOMPAS.com - Bupati Malang Sujud Pribadi menegaskan, kemiskinan bukan satu-satunya penyebab kasus gizi buruk di daerah itu, karena faktor kebersihan lingkungan juga berpengaruh signifikan terhadap kesehatan masyarakat terutama balita.
    
"Laju pertumbuhan yang tidak terkendali sehingga tidak ada keseimbangan terhadap ketersediaan pangan dan lingkungan yang kurang bersih juga bisa menjadi pemicu gizi buruk, sehingga kemiskinan bukan satu-satunya penyebab gizi buruk," tegas Sujud di Malang, Sabtu.

Ia menegaskan, kasus gizi buruk di daerahnya menjadi prioritas utama dan perhatian serius pemkab setempat. Untuk menanganinya secara intensif, pada tahun 2010 setiap kecamatan akan diberikan dana sebesar Rp5 juta untuk program perbaikan gizi.

Dalam waktu dekat ini, katanya, pihaknya akan mengumpulkan seluruh pejabat terkait untuk membahas penanggulangan terhadap meluasnya gizi buruk pada balita di daerah itu.
    
Sementara Wakil Bupati Malang Rendra Kresna meminta agar penyebab gizi buruk di daerah itu diteliti secara seksama, apakah penyebanya semata-mata hanya karena kemiskinan atau ada faktor lain yang mengakibatkan ratusan balita di daerah itu mengalami gizi buruk.
    
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang dr Agus Wahyu Arifin mengatakan, balita penderita gizi buruk di daerahnya itu sebagian besar disebabkan tidak berperannya keluarga terutama ibu karena mereka rata-rata tidak pernah dibawa ke pusat pelayanan terpadu (posyandu).
    
Saat ini, katanya, para penderita gizi buruk tersebut harus ditangani secara intensif dan itu tidak bisa hanya dilakukan di puskesmas saja, harus dirawat intensif di rumah sakit (RS), sebab penyakit bawaannya harus disembuhkan lebih dulu.
    
Data di Dinas Kesehatan Pemkab Malang disebutkan, selama kurun waktu Januari-September 2009, ditemukan adanya 162 balita mengalami gizi buruk dan 11 di antaranya meninggal.
    
Dari 162 penderita tersebut, 142 balita tidak disertai dengan gejala klinis dan 20 balita lainnya disertai gejala klinis yakni marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com