Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Paksakan Makanan Padat Buat Bayi

Kompas.com - 25/01/2010, 09:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -  Sistem pencernaan yang belum matang membuat bayi tidak boleh diberi makanan padat sebelum waktunya. Di usia 6 bulan, barulah sistem perncernaan itu mulai siap untuk mengolah makanan padat.  

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pokok bayi sejak lahir. Saat bayi beranjak besar, energi yang dibutuhkan tentu semakin banyak. Itulah sebabnya, ia perlu dikenalkan pada makanan padat. Kebutuhan akan makanan tersebut umumnya dimulai ketika bayi berusia 6 bulan.

Karena ketidaktahuan, masih sering kita lihat orangtua yang terlalu cepat memberi makanan padat kepada bayinya. Usia bayi baru menginjak dua bulan pun sudah coba-coba disuapi bubur khusus, bahkan pisang ambon. Alasannya supaya anak cepat besar, kalau bukan dianggap bahwa si bayi sudah tidak cukup dengan ASI. Tindakan ini menurut para ahli justru dapat menimbulkan gangguan pencernaan.

Belum Sempurna
Yang disebut makanan padat bagi bayi adalah makanan dengan konsistensi lebih padat, bukan makanan keluarga. Misalnya bubur saring, bubur susu, nasi tim, biskuit khusus, termasuk buah-buahan dan sayuran yang dilumatkan.  

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF (badan dunia yang menangani masalah anak-anak) manfaat ASI yang sedemikian banyaknya membuat mereka mengeluarkan pernyataan agar ibu terus memberi ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan.

Pernyataan itu sebenarnya tidak semata-mata karena manfaat ASI. Menurut Dr. Saptawati Bardosono, MSc.,Ph.D, badan dunia itu menyadari bahwa enzim pencernaan bayi berusia di bawah 6 bulan, belum siap. Pemberian makanan padat sebelum usia 6 bulan dikhawatirkan akan membuat bayi diare karena proses penyerapannya belum sempurna.

Hal penting lain yang juga perlu dipertimbangkan, bila bayi diberi makanan padat sebelum waktunya, produksi ASI akan menurun. Hal itu selanjutnya dapat mengganggu kedekatan emosi antara bayi dan ibu yang sedang terjalin.  

Melihat faktor-faktor tersebut memang ASI teramat baik untuk dijadikan makanan hingga bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, manakala enzim pencernaan sudah matang, barulah bayi boleh dikenalkan pada makanan padat.  

Pada usia 6 bulan, dijelaskan, Mary L. Gavin, MD, Steven A. Dowshen, MD, dan Neil Izenberg, MD, dalam buku Fitkids, A Practical Guide to Raising Healthy and Active Children-from Birth to Teens, kepala dan leher bayi juga sudah cukup kuat. Dan itu juga berpengaruh terhadap proses pemberian makanan.   

Harus Bertahap
Saat bayi sudah dapat mengontrol kepala dan lehernya, makanan yang disuapkan padanya tidak akan dikeluarkan lagi. Rupanya, sebelum usia tersebut, bila bayi disuapi, secara refleks ia akan mengeluarkan makanan itu.

Tanda lain yang kerap digunakan untuk mulai memberikan makanan padat juga bisa dilihat dari perkembangan bayi tersebut. Saat bayi mulai bisa duduk, menjulurkan kepalanya saat disodori makanan, atau meraih makanan yang sedang Anda santap, bisa menjadi pertanda bahwa bayi siap diberi makanan padat. Namun, para ahli tetap memberikan patokan usia 6 bulan.

Pemberian makanan padat sebaiknya dilakukan secara bertahap. “Tentunya supaya pencernaan bayi tidak kaget,” kata Dr. Saptawati. Kondisi ini sepenuhnya bisa dipahami. Sistem pencernaan yang tadinya hanya dialiri cairan ASI, tiba-tiba kedatangan benda baru yang padat.

Supaya sistem pencernaan bisa mengenali dan beradaptasi dengan baik, tentu saja makanan harus diberikan sedikit demi sedikit. Pengenalan berbagai jenis makanan juga mesti diberikan secara bertahap, misalnya mulai dari bubur susu, bubur biasa, nasi tim, hingga nasi.

Biskuit yang diencerkan dengan susu formula atau ASI juga bisa diikutsertakan. Begitu juga dengan buah-buahan dan sayuran, harus dilumatkan terlebih dahulu.
Jika sudah memungkinkan, makanan padat bisa diberikan tiga kali sehari dalam porsi kecil.

Contoh Makanan Padat  :
Usia 6 bulan
Bubur susu 1-2 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran dalam jumlah sekitar 1-2 sendok makan, dilumatkan.
Buah dalam jumlah kecil, sekitar 1-2 sendok makan, dilumatkan.

Usia 7 bulan
Bubur susu 2-3 sendok makan, dua kali per hari.
Sayuran 2-4 sendok makan, dilumatkan.
Buah 2-4 sendok makan, dilumatkan.
Ikan, daging, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan.
Kentang 1 sendok makan, dilumatkan.

Usia 8 bulan
Bubur susu 2-3 sendok makan, dua kali per hari.
Sayuran 6-8 sendok makan, dilumatkan.
Buah 2-4 sendok makan, dihaluskan.
Daging, ikan, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan.
Kentang, nasi, 1-2 sendok makan, dilumatkan.

Usia 9 bulan
Bubur susu 3-4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 2-3 sendok makan, dilumatkan.
Buah 3-4 sendok makan, dihancurkan.
Ikan, daging, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan.
Kentang, nasi, 2-3 sendok makan, dilumatkan.

Usia 10 bulan
Bubur susu 3-4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 3-4 sendok makan, dilumatkan atau dicincang kasar.
Buah 3-4 sendok makan, dihancurkan atau dicincang kasar.
Ikan, daging, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan atau dicincang kasar.
Kentang, nasi, 2-3 sendok makan, dilumatkan.

Usia 11 bulan
Bubur susu 4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 3-4 sendok makan, dilumatkan atau dicincang kasar.
Buah 3-4 sendok makan, dihancurkan, dilumatkan, atau dicincang.
Ikan, daging, ayam, 2-4 sendok makan, dilumatkan atau dicincang.
Kentang, nasi, 4-5 sendok makan, dilumatkan atau dicincang.

Usia 12 bulan
Bubur susu 4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 3-4 sendok makan, dicincang kasar.
Buah 3-4 sendok makan, dicincang.
Ikan, daging, ayam, 3-4 sendok makan, dicincang.
Kentang, nasi, 2-3 sendok makan, dicincang atau sedikit dihancurkan.

@ Diana Yunita Sari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau