Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bu Dukun Pergi ke Kantor

Kompas.com - 04/02/2010, 07:01 WIB

Kemitraan bidan-dukun bayi juga memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Menurut Kepala Puskesmnas Bontomarannu Abdulrahman SKM, ”Sebelumnya paling banyak 10 pasien sehari, sekarang 70 pasien lebih, dilayani 1 dokter, 1 dokter gigi, 19 tenaga kesehatan, dan 25 tenaga sukarela.”

Mungkin program berobat praktis dari pemerintah kabupaten adalah sebabnya. Namun, jaminan itu saja tak cukup. Kemauan periksa kesehatan secara formal di ruang publik harus dilihat sebagai lompatan kultural-sosial-psikologis.

Dalam konteks itulah diletakkan kemitraan bidan dan dukun bayi. Mengutip Kepala Perwakilan Unicef Makassar Purwanta Iskandar, dokter Willy Kumurur, MPH dari Unicef Makasar mengatakan, gagasan kemitraan itu jauh lebih rumit dari sekadar soal medis-teknis.

”Harus ada perubahan budaya dalam masyarakat. Dukun berperan besar karena mereka bagian dari tradisi,” ujar Willy.

Perda khusus

Akses terbuka pada pelayanan kesehatan reproduksi tak bisa diandaikan akan begitu saja dimasuki. Dalam model kemitraan itu, kuncinya justru pada peran dukun bayi.

Mereka membujuk dan mengajak calon ibu memeriksakan kandungan sejak dini dan mau melahirkan di puskesmas. Peran teknis-medis dipegang bidan, termasuk advokasi gizi dan kesehatan ibu hamil.

Inilah model kemitraan atas dasar sipakatau (saling menghargai) yang ditengarai sebagai praktik cerdas mengurangi angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Takalar dan Bone

”Sebelum kemitraan, banyak ibu meninggal ketika melahirkan,” ujar Bupati Takalar Ibrahim Rewa.

Menurut Willy, sebelum tahun 2006 angka kematian ibu di Kabupaten Takalar 159 per 100.000 kelahiran hidup, menjadi 57 tahun 2007 dan 18 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2008. Angka rata-rata nasional berkisar antara 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2008) dan 405 per 100.000 kelahiran hidup (Laporan Bank Pembangunan Asia, 2009).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com