Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selaput Dara Bukan Ukuran Virginitas

Kompas.com - 03/07/2010, 10:24 WIB

KOMPAS.com — Diceritakan oleh Prof Dr Junizaf, SpOG(K), pernah ada pria memeriksakan istri yang baru beberapa hari dinikahi karena di malam pertama mereka tidak setetes darah pun keluar dari vagina. la merasa tertipu dan mengira keperawanan sang istri sudah hilang sebelum ia menikahinya.

Melalui pemeriksaan, uroginekolog dari FKUI RSCM ini justru mendapati yang sebaliknya. "Selaput dara wanita sangat liat sehingga belum berhasil ditembus di malam pertama mereka," tuturnya. Dan setelah mendapat penjelasan yang benar, pria itu pun memahami kekeliruannya dan mengurungkan niat menceraikan istri barunya itu.

Ketidaktahuan soal keperawanan dan organ reproduksi tak hanya terjadi pada pria. Banyak wanita juga masih memiliki pengetahuan yang sangat minim. Tak heran, redaksi kerap menerima pertanyaan, "Apa berhubungan seks sekali saja, keperawanan bisa hilang?", "Bisakah hamil kalau hubungan intim hanya satu kali?", "Apakah memasukkan jari ke vagina bisa merusak selaput dara?", "Mengapa tidak keluar darah waktu pertama kali berhubungan?" Dan ada banyak pertanyaan serupa.

Bisa robek tanpa seks

Memang tidak mudah menilai keperawanan karena banyak hal yang bisa ikut memengaruhi. Ditegaskan oleh Dr Budi ML, SpOG, dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Jatisampurna, virginitas tak bisa diukur dari robeknya selaput dara. Tak bisa juga dilihat secara kasat mata melalui ciri-ciri fisik seperti payudara turun atau pinggul yang mengendur.

"Keperawanan harus dilihat dan diperiksa melalui tes medis yang dilakukan oleh dokter ahli. Tidak bisa dilihat dari fisik saja," ucapnya kepada GHS.

Memang masih terus beredar mitos di kalangan remaja maupun orang dewasa bahwa wanita yang sudah tidak perawan dapat diketahui dari tanda-tanda fisiknya, seperti pantat turun, payudara mengendur, atau cara berjalan yang tidak lagi lurus.

Menurut Dr Budi, mitos tersebut sebenarnya keliru, tetapi karena telanjur diyakini oleh sebagian masyarakat, seolah-olah benar. Begitu juga dengan mitos keperawanan yang diukur dari perdarahan yang timbul akibat pecahnya selaput dara.

"Selama ini masyarakat berpendapat bahwa keperawanan seseorang akan hilang ketika berhubungan seksual, yang menyebabkan pecahnya selaput dara. Padahal, selaput dara kondisinya berbeda antara satu wanita dengan lainnya," ujarnya.

Ada selaput dara yang tipis sehingga lebih mudah robek atau pecah. Ada pula selaput dara yang sangat kuat atau liat sehingga tidak mudah pecah. Yang perlu dipahami juga, pecahnya selaput dara tidak harus melalui hubungan seksual saja.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau