Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Kerap Batuk, Waspadai Radang Paru

Kompas.com - 06/08/2010, 12:30 WIB

Sudah seminggu ini Doni (4) batuk terus. Belakangan, nafasnya berubah menjadi cepat dan sesak. Setelah dibawa ke dokter, ternyata Doni terkena radang paru atau pneumonia. Sebenarnya, apa, sih, pneumonia itu?

Di dalam paru-paru, terang dr. Darmawan BS, Sp.A  dari Bagian Pulmonologi FKUI-RSCM ini, terdapat lobus atau belahan. Di sebelah kanan terdapat 3 lobus, sedangkan di sebelah kiri 2 belahan. Bila radang tersebut mengenai salah satu lobus, maka disebut pneumonia lobaris . Bila kena di saluran nafas yang kecil-kecil disebut broncholitis .

Kalau secara umum terkena saluran nafasnya saja, maka disebut broncho pneumonia  atau pneumonia. Pneumonia ini merupakan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian bawah. Jangan salah, lo, ISPA itu send

Yang dimaksud dengan ISPA itu sendiri, bisa radang hidung (misalnya pilek), radang tenggorok, radang tonsil (amandel), sampai paru-paru. "Justru, yang perlu dibedakan adalah, apakah ISPA ini sudah sampai ke pneumonia  atau hanya ISPA bagian atas saja. Kalau hanya ISPA bagian atas, seperti batuk, pilek, flu, amandel, biasanya tidak terlalu berbahaya. Umumnya ISPA bagian atas ini tidak disertai dengan nafas cepat dan sesak. Sedangkan, ISPA bagian bawah atau pneumonia , termasuk penyakit berat," tutur Darmawan.

Penyebab dari pneumonia  itu sendiri banyak ragamnya. Bisa karena virus, bakteri, atau karena kemasukan cairan/pneumonia  aspirasi.

Waspadai gejalanya

Yang jelas, pneumonia  ini dapat menyebabkan pada kematian. Karena itu, sebaiknya para orang tua mengenali gejalanya. Dua gejala khas yang gampang terlihat dari penderita pneumonia  yaitu adanya nafas cepat dan sesak. Namun ingat, nafas cepat pada setiap tingkatan umur pun tidak sama, lo. Jadi, tergantung dari usianya.

Bayi di bawah usia 2 bulan baru dikatakan bernafas cepat jika nafasnya lebih dari 60 kali/menit. Jika nafas bayi Anda sudah secepat demikian, maka sebaiknya diwaspadai. Karena ada kemungkinan bayi Anda terkena ISPA bawah atau pneumonia  tadi. Sedangkan bayi di atas usia 2 bulan sampai 1 tahun disebut bernafas cepat jika nafasnya lebih dari 50 kali/menit. Sementara pada anak 1 sampai 5 tahun jika lebih dari 40 kali/menit.

Untuk mengetahui apakah bayi Anda sesak nafas bisa dilihat dari tarikan dinding dada ke dalam (chest indrawing) . "Normalnya, saat bernafas dada enggak sampai cekung. Tetapi pada keadaan sesak pneumonia , karena usaha nafas yang ekstra, dinding dada tertarik sehingga cekung ke dalam. Makin berat ia bernafas, makin dalam tarikannya."

Nah, jika gejala ini tampak, perlu diwaspadai. Pada pneumonia  yang sudah berat, anak pun biasanya tidak bisa minum saking sesaknya. Mukanya juga kebiruan, pucat, serta tangan dan kaki dingin. Gejala awal dari pneumonia  sendiri adalah batuk. Padahal, apa pun yang mengganggu saluran nafas, dari atas sampai bawah, bisa merangsang batuk.

Sementara batuk ini merupakan gejala awal semua infeksi saluran nafas, baik akut maupun yang kronis. "Batuk sendiri sebenarnya merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan sumber gangguan, misalnya lendir, benda yang terhirup, infeksi di saluran nafas, dan sebagainya.

Namun jika batuk tersebut tanpa disertai nafas cepat dan sesak berarti bukan merupakan gejala pneumonia , melainkan hanya merupakan ISPA bagian atas saja.

Nah, jika batuk tersebut hanya disertai nafas cepat, maka dikategorikan pneumonia  ringan. Tapi bila batuknya disertai nafas cepat dan sesak, baru dikatakan pneumonia berat. Lamanya batuk yang diderita si anak juga perlu diwaspadai.

"Jika batuknya berlangsung hingga 2 minggu, harus diperhatikan karena kemungkinan merupakan gejala ISPA. Sedangkan jika lebih dari 2 minggu dianggap sebagai infeksi saluran pernafasan kronik," ujar Darmawan. Lebih jelasnya, batuk akut mengarah ke ISPA atas dan pneumonia , sedangkan batuk kronik mengarah ke TBC atau asma. "Jadi, kalau batuknya enggak sembuh-sembuh sampai lebih dari 2 minggu, kemungkinan merupakan gejala TBC atau asma."

Pengobatan

Walaupun termasuk penyakit berat, para orang tua tak perlu terlalu khawatir. Pneumonia  adalah penyakit yang bisa diobati. Jadi, kalau dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien akan bisa tertolong. Yang diperlukan hanyalah dapat mendeteksi secara cepat.

"Kalau memang kemungkinan pneumonia  berat, maka sebaiknya segera dirawat di rumah sakit supaya segera dapat ditangani. Jangan dibiarkan berlarut-larut sampai berat, karena bisa enggak tertolong," katanya. Biasanya yang menjadi penyebab pneumonia  berat adalah karena bakteri. Nah, jika penyebabnya karena bakteri, maka penderita biasanya akan diberi obat antibiotik.

Jika pengobatan dilakukan secara dini dan tepat, sebagian besar pneumonia akan sembuh sempurna tanpa gejala sisa. Walaupun demikian, pneumonia  ini bisa muncul lagi. Bisa karena kuman yang sama atau kuman yang lain. Lebih lanjut Darmawan menuturkan bahwa pencegahan khusus untuk pneumonia  sampai kini memang belum ada atau belum ada imunisasinya. "Memang ada imunisasi radang paru, tetapi sampai saat ini belum diakui betul.

Penelitian masih terus dilakukan," ujar Darmawan. Jadi, yang perlu dilakukan sekarang adalah pencegahan secara umum. Seperti peningkatan daya tahan tubuh. "Selain itu, kalau ada anggota keluarga yang sedang terserang pilek, hindari jangan sampai terjadi kontak," lanjut Darmawan. Anak dengan gizi buruk juga akan gampang terkena pneumonia . "Selain itu, lingkungan buruk, seperti rumah tanpa ventilasi atau dalam satu rumah terlalu padat penghuninya juga akan memperbesar risiko terkena pneumonia."  

Hasto Prianggoro /nakita

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com