YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti obat-obatan alami dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Dr Subagus Wahyuono mengatakan, meskipun jumlah tanaman herbal di Indonesia melimpah tetapi senyawa aktif yang dapat dihasilkan relatif sedikit.
"Misalnya dari satu kilogram bahan tanaman obat hanya diperoleh sekitar satu miligram senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan dengan optimal," katanya di Yogyakarta.
Ia mengatakan, kandungan senyawa aktif berkaitan dengan daya sembuh tanaman tersebut ketika sudah diolah menjadi obat. Semakin tinggi senyawa aktifnya, semakin cepat pula obat tersebut menyembuhkan penyakit.
"Dua hal penting dari pengembangan obat herbal yakni terkait dengan teknologi untuk memperbanyak senyawa aktif dan kerangka dari senyawa aktif sehingga dapat diperoleh dalam jumlah besar," katanya.
Subagus yang juga Wakil Dekan Bidang Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan masalah tersebut dapat disiasati dengan pengembangan bioteknologi untuk memperbanyak senyawa aktif maupun kerangka senyawa aktif.
"Namun masalahnya riset bioteknologi memerlukan biaya yang cukup besar," katanya.
Menurut dia, pengembangan penelitian tentang obat-obatan alami penting dilakukan karena melimpahnya jumlah tanaman obat di Tanah Air. Sebuah penelitian bahkan menyebutkan 80 persen obat berasal dari bahan alam.
"Potensi tanaman obat di Indonesia sangat melimpah, seperti morfin, temulawak, kunyit, buah maja, dan umbi tanaman sarang semut," katanya.
Ia mengatakan obat-obatan alami merupakan solusi bagi ketergantungan Indonesia pada obat-obatan konvensional yang diproduksi negara lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.