Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gizi Anak Usia Sekolah Memprihatinkan

Kompas.com - 25/01/2011, 04:16 WIB

Jakarta, Kompas - Status gizi anak usia sekolah masih memprihatinkan. Padahal, kebutuhan akan gizi seimbang sangat penting bagi anak sekolah agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara maksimal.

Hal itu terungkap dalam round table discussion bertema ”Dampak Kekurangan Gizi pada Anak Usia Sekolah dan Upaya Penanggulangannya” yang diselenggarakan Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Sabtu (22/1).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terutama terjadi pada anak usia sekolah (6-12 tahun), usia praremaja (13-15 tahun), dan usia remaja (16-18 tahun). Contohnya, sekitar 44,4 persen anak umur 7-12 tahun konsumsi energinya kurang dari 70 persen berdasarkan tabel angka kecukupan gizi. Adapun 59,7 persen anak usia itu konsumsi proteinnya kurang dari 80 persen berdasarkan tabel angka kecukupan gizi.

Hasil yang mirip ditemui pada kelompok praremaja dan remaja. Selain itu, secara nasional, prevalensi anak pendek dengan usia 6-18 tahun masih tinggi, yakni di atas 30 persen. Prevalensi anak pendek juga ikut mencerminkan adanya riwayat kurang gizi.

Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi Tirta Prawita Sari mengatakan, malnutrisi yang terjadi pada usia sekolah memengaruhi kesehatan, kebugaran, dan daya tangkap anak pada saat sekolah. Jika dibiarkan, akan berkontribusi terhadap menurunnya prestasi belajar anak. Salah satu penyebab malnutrisi pada anak usia sekolah ialah kurangnya asupan energi dan protein.

Dokter spesialis anak RSUPN Cipto Mangunkusumo, Yoga Devaera, mengatakan, otak anak baru terganggu jika kekurangan gizi berat. Namun, kondisi gizi yang tidak seimbang, baik kekurangan atau kelebihan gizi, akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan pengembangan potensinya.

Nutrisi yang berpengaruh terhadap perkembangan otak, antara lain, adalah energi, protein, karbohidrat, dan lemak. Dalam kelompok mikronutrien (vitamin dan mineral) yang berpengaruh ialah zat besi, yodium, dan zink. Yoga mencontohkan, defisiensi zink saat bayi memiliki efek jangka panjang. Sebagai contoh, penurunan Hb1 g/dL berpengaruh terhadap penurunan IQ sebesar 1.7. ”Sepertinya penurunan yang kecil, tetapi dapat terjadi akumulasi,” ujarnya.

Untuk mengatasi itu, solusinya ialah terapi, suplementasi dan perbaikan pola makan yang mencakup perbaikan kualitas makan di rumah, kantin sekolah, dan warung.

Pakar gizi klinik dan gizi komunitas, Prof A Razak Thaha, mengatakan, gizi seimbang tidak sekadar berbicara makanan, tetapi konsep perilaku hidup yang benar.

Terdapat empat pilar gizi seimbang bagi anak sekolah, yakni makanan bervariasi yang memadai secara kualitas dan kuantitas, pola hidup bersih dan sehat, upaya menjaga berat badan ideal, dan aktivitas fisik secara teratur.

Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan Minarto mengatakan, perbaikan status gizi masyarakat harus disertai dengan edukasi terkait masalah gizi.

(INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com