Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor IPB: Kami Belum Bisa Bersikap

Kompas.com - 23/02/2011, 16:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Rektor Institut Pertanian Bogor Herry Suhardiyanto menegaskan, pihaknya belum bisa mengambil langkah terkait putusan Mahkamah Agung yang mendesak Menteri Kesehatan, Kepala BPOM dan IPB untuk membuka merek-merek susu yang dijadikan sampel penelitian dan diketahui mengandung Enterobacter sakazakii.

Hal ini disampaikannya dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (23/2/2011).

"Kami belum bisa mengambil langkah sebelum menerima putusan.IPB juga dalam posisi dilematis. Di satu sisi kami ingin membuka, tapi kami harus menjunjung etika akademik. Akan ada jalan keluar yang berlandas hukum tanpa langgar etika akademik yang dijunjung di dunia. Kiranya forum ini bisa merumuskan jalan keluar sesuai kewenangannya," katanya.

Namun, Herry menegaskan pihaknya taat hukum. Oleh karena itu, IPB sedang mempelajari kemungkinan yang bisa diakses untuk merumuskan opsi langkah selanjutnya, termasuk perkembangan pelimpahan dari PN Jakarta Pusat ke PN Cibinong.

Selain itu, Herry juga mengingatkan bahwa sebenarnya penelitian yang dilakukan DR. drh. Sri Estuningsih ini tidak bertujuan surveillance atau mencari merek-merek susu yang memang terkontaminasi sakazakii. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengambil sakazakii sebagai isolat.

"Kalau surveillance, semua merk susu harusnya diambil, tapi ini sebagian saja karena bahasanya berburu bakteri, dibiakkan lalu dibuat penelitian," tandasnya.

Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI sendiri sepakat untuk mendesak pemerintah dan IPB mengumumkan merek-merek susu tersebut. Menurut Riski Sadiq, persoalan yang membingungkan rakyat tak bisa diganjal hanya dengan persoalan etika. Oleh karena itu, IPB harus membukanya dengan benderang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com