Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seks Antarlelaki Bisa Jadi Bom Waktu

Kompas.com - 18/03/2011, 06:35 WIB

Jakarta, Kompas — Perilaku lelaki berhubungan seks tidak aman dengan lelaki dapat menjadi bom waktu penyebaran HIV. Apalagi, hal itu cenderung tertutup sehingga sulit terjangkau program penanggulangan HIV/AIDS.

Jumlah lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) di Indonesia diperkirakan 800.000 orang. Hal itu terungkap dalam diskusi mengenai ”Inisiatif Penanggulangan Epidemi HIV di Kalangan LSL, Gay, dan Waria di Kota Besar Asia” yang diselenggarakan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, Kamis (17/3).

Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gay, Waria, dan Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (GWL-INA), Tono Permana Muhamad, mengatakan, ada perbedaan antara gay, waria, dan LSL. Pria gay umumnya mengidentifikasikan diri sebagai orang yang berorientasi seks sejenis dan berpenampilan sebagai lelaki. Waria mengidentifikasi dan mengekspresikan diri sebagai perempuan. Pada LSL, orang tidak dengan jelas mengidentifikasikan diri dan bisa merupakan seorang biseksual.

Kelompok ini lebih sulit terjangkau karena cenderung tertutup, tidak melakukan tes HIV, sehingga tak terjangkau program. Padahal, sama dengan gay dan waria, seks tidak aman oleh LSL berisiko tinggi menularkan HIV.

Tono mengatakan, proyeksi di kota-kota besar di Asia, jika tidak ada intervensi penanggulangan HIV di kelompok gay, waria, dan LSL (GWL), separuh penularan HIV akan berada di kalangan tersebut pada 2020.

Secara nasional, kasus HIV pada GWL terus meningkat walau lebih kecil dibandingkan penularan lewat hubungan heteroseksual. Tahun 2002, HIV pada GWL secara nasional 2,4 persen dan tahun 2007 menjadi 5,2 persen. ”Diperkirakan jumlahnya terus meningkat,” kata Tono.

Sekretaris KPAP Jakarta Rohana Manggala mengatakan, ke depan DKI Jakarta akan memperkuat intervensi program penanggulangan AIDS pada GWL.

Beberapa program, antara lain peramahan fasilitas kesehatan untuk GWL dan memperluas sudut pandang program, tidak hanya sebatas masalah kesehatan, tetapi juga dimensi hak asasi manusia. Paradigma bahwa infeksi HIV sebagai akhir dari segalanya harus diubah menjadi awal baru untuk tetap produktif dan mencegah penularan lebih lanjut.

(INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com