Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susahnya ODHA Hamil Dapat Jaminan Caesar

Kompas.com - 11/04/2011, 13:36 WIB

TULUNGAGUNG , KOMPAS.com -  Perlindungan terhadap ibu hamil pengidap HIV/AIDS kini masih menjadi masalah. Idealnya, ODHA hamil menjalani persalinan dengan bedah caesar (sectio caesar/SC) guna menekan risiko penularan HIV/AIDS. Tetapi karena faktor biaya dan stigma yang masih kuat, tidak semua ODHA hamil  menjalani prosedur persalinan ini.

Persalinan seorang ibu hamil pengidap HIV-AIDS belum lama ini terjadi di Rumah Sakit Dr Iskak, kota Tulungagung Jawa Timur. Manajer kasus pada klinik VCT (voluntary consulting and testing ) Seruni Rumah Sakit Dr Iskak, Tulungagung, Zainur Rahman yang menangani perkembangan kehamilan ibu tersebut menyatakan, persalinan dengan  SC akhirnya dapat dilaksanakan setelah semula sempat dicemaskan.

Zainur menjelaskan Minggu (10/4/2011) , identitas nama, lokasi, jadwal persalinan tak bisa diungkapkan, demi melindungi nama ibu ODHA yang melahirkan dan juga demi kebaikan si bayi dan masa depannya kelak.

Sejauh yang dapat dilakukan, metode persalinan caesar dapat mengurangi risiko penularan HIV/AIDS dari ibu kepada bayi. "Terhadap bayi baru nanti setelah usianya sekian tahun bisa dilaksanakan uji HIV/AIDS, apakah tertular atau tidak," katanya.

Aktivis perlindungan ODHA di Tulungagung, Ifada Nurahmania menjelaskan di Tulungagung, Selasa (30/3), sampai sekarang perlindungan terhadap ODHA hamil dan secara umum ODHA, menyangkut pemenuhan hak-hak asasinya masih merupakan masalah.

"Situasi stigmatik juga masih kuat, sehingga ODHA juga kian bersikap enggan untuk bekerjasama dengan kalangan medis dan perlindungan ODHA," katanya.

Semula sempat digelisahkan, apakah RS dr Iskak akan melakukan tindakan caesar atau tidak terhadap ibu hamil ODHA tersebut. Protokol medisnya menyatakan, seharusnya atau idealnya ODHA hamil melahirkan dengan SC, demi menghindari kerawanan penularan pada petugas persalinan dan bayi yang dilahirkan.

Namun ada sejumlah kasus,  sebelum ini dengan alasan biaya, sejumlah ODHA melahirkan tanpa caesar, yang artinya membahayakan bayi terhadap kemungkinan penularan dari ibu.

Menurut catatan Ifada, sejauh ini sudah ada 12 kasus persalinan ODHA. Namun dari sejumlah itu, hanya dua di antaranya yang benar-benar bersalin melalui SC. Persalinan terakhir tersebut persalinan ketiga belas ODHA di Tulungagung, dan persalinan ketiga dengan caesar.

"Masalahnya, kondisi psikologi dan umumnya ekonomi ODHA juga dalam keadaan lemah. Sehingga tidak cukup memiliki usaha untuk meminta layanan caesar," kata Ifada menambahkan.

Zainur Rahman menyatakan, pihaknya sudah terus berusaha mengedukasi ODHA lainnya agar meminta SC, sebab Pemkab Tulungagung melalui Dinas Kesehatan seharusnya mendorong demikian karena telah ada alokasi anggaran untuk biaya SC itu, yang bisa mencapai antara  Rp 7 juta hingga Rp 10 juta.

"Beban biaya ini yang seringkali mendorong petugas untuk enggan melakukan tindakan antisipatif serta pro aktif mengajak ODHA hamil ikut SC," katanya.

Meski demikian, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung dr Gatot D Purwanto yang dihubungi akhir bulan lalu menegaskan, sejauh ODHA hamil yang bersangkutan sudah melaporkan dan sudah masuk dalam sistem perawatan rumah sakit yang dirujuk, maka Dinas Kesehatan bisa membantu pembiayaannya. Di Klinik Seruni sendiri tercatat ada 200 ODHA di Tulungagung.

"Sudah ada dana Global Fund untuk membiayai persalinan ODHA hamil melalui SC, jadi seharusnya tak ada masalah," katanya.

Si ibu hamil berhasil dan bersedia ditemui Kompas di kediamannya di Tulungagung. Diperoleh informasi bahwa keluarganyapun tidak benar-benar memahami dan mengetahui kondisi yang bersangkutan sebagai pengidap HIV.

Keluarga hanya mengetahui dan disosialisasikan bahwa kehamilannya bermasalah sehingga perlu tindakan caesar.

"Situasi ini menimbulkan dilema bagi semua pihak yang terlibat, termasuk jika mengungkapkan informasi ini kepada keluarga inti ODHA yang bersangkutan, bahkan suaminya sekalipun," kata Zainur.

Dr Onni Dwi Arianto, dokter yang menolong persalinan ODHA hamil tersebut menyatakan, pihaknya tidak dapat menjamin apakah ODHA hamil berikutnya akan bisa menikmati fasilitas caesar.

ODHA tersebut kini sudah pulang dari rumah sakit dengan pesan dilarang menyusui anaknya, dan harus melaksanakan berbagai pemeriksaan selain juga meminum obat-obat anti virus. Belum diperoleh informasi, apakah ada ODHA hamil lainnya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau