Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Nuklir Bantu Dokter Intip Kanker

Kompas.com - 24/06/2011, 14:29 WIB

KOMPAS.com — Dibandingkan dengan beberapa dekade lalu, kini peluang kesembuhan atau kelangsungan hidup yang lebih lama pasien kanker secara pasti meningkat karena bertambahnya pengetahuan dan terapi baru penanganan kanker.

Salah satu penunjang perawatan kanker yang tak kalah penting adalah diagnosis yang tepat. Dengan teknologi kedokteran nuklir, kini diagnosis untuk menentukan penyebaran kanker bisa dilakukan secara akurat dengan alat Positron Emission Tomography (PET) Computed Tomography (CT).

PET-CT merupakan pencitraan tiga dimensi berwarna untuk mendeteksi perubahan atau aktivitas sel dalam tubuh menggunakan zat radiofarmaka. "Teknologi ini akan memberikan gambaran lebih jelas di mana lokasi lesi sebelum dilakukannya terapi. Selain itu, pemeriksaan ini juga digunakan untuk mengevaluasi respons terapi," kata dr Eko Purnomo, SpKN dari RS MRCCC Siloam Jakarta.

Di dalam citra PET-CT sel-sel kanker ditampilkan sebagai bintik terang karena mereka memiliki metabolisme yang lebih tinggi daripada jaringan sel normal. "Isotop yang disuntikkan ke tubuh pasien akan ditangkap oleh sel-sel kanker dan terakumulasi sehingga bisa terlihat jelas mana kanker yang aktif," paparnya dalam seminar Deteksi Dini dan Teknologi Baru Terapi Kanker yang diadakan di RS MRCCC Siloam, Jakarta, Jumat (24/6/2011).

Sejauh ini, banyak alat yang dikembangkan untuk mendeteksi dini kanker, gangguan saraf, dan kardiovaskular, di antaranya Computed Tomography (CT) Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Menurut dr Eko, kelebihan PET-CT adalah kecepatan dan keakuratan diagnosis serta kemampuannya untuk memeriksa seluruh bagian tubuh. "Prosedur pemeriksaannya juga mudah, pasien hanya perlu disuntik dengan isotop di lengan satu jam sebelum diperiksa di alat PET-CT," paparnya.

Fungsi utama PET-CT, menurut dr Eko, antara lain menentukan penyebaran kanker di tubuh dan membantu dokter dalam merencanakan terapi sehingga organ yang ditargetkan saja yang diradiasi. "Dengan demikian, jaringan sehat di sekitarnya tidak kena radiasi," paparnya.

PET-CT juga berguna untuk mendeteksi kekambuhan tumor atau mencari tumor yang masih tersisa, menentukan keganasan tumor, serta menentukan lokasi biopsi secara akurat. "Alat ini bisa dipakai untuk mengetahui semua jenis kanker, mulai dari otak, kulit, hingga tulang," paparnya.

Aman

Mendengar kata nuklir, masyarakat langsung bergidik. Padahal, pemanfaatan tenaga nuklir dalam dunia kesehatan sudah puluhan tahun dilakukan. "Tak perlu fobia pada nuklir karena nuklir tidak hanya untuk pembangkit listrik, tetapi untuk berbagai bidang kehidupan, termasuk pertanian, pangan, dan kesehatan," jelas Prof Dr Johan S Masjhur, perintis kedokteran nuklir di Indonesia.

Ia menjelaskan, dahulu kedokteran nuklir di Indonesia merupakan yang terdepan di Asia Tenggara, tetapi kini terus mengalami kemunduran. "Kini kita berada di urutan paling bawah, jauh tertinggal," katanya yang ditemui seusai acara seminar.

Indonesia, imbuhnya, kini memiliki 15 pusat kedokteran nuklir, tetapi hanya beberapa yang memiliki kelengkapan alat. "Contohnya alat PET-CT yang merupakan indikator kemajuan kedokteran nuklir. Di Indonesia hanya ada dua rumah sakit yang memilikinya dan itu pun hanya di Jakarta," katanya.

Kedokteran nuklir, menurut dia, dimanfaatkan untuk tujuan yang baik demi pasien. "Penggunaannya pun dengan prinsip kehati-hatian dan dalam batas aman. Bahkan, tingkat radiasinya jauh lebih kecil daripada CT Scan," kata Guru Besar Universitas Padjadjaran Bandung ini.

Selain keterbatasan alat, tenaga dokter yang mendalami bidang kedokteran nuklir sendiri masih sedikit. "Saat ini saya mendidik 18-20 dokter, di luar beberapa yang sudah lulus," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com