Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Langka yang Diderita Steve Jobs

Kompas.com - 26/08/2011, 10:05 WIB

KOMPAS.com — Alasan kesehatan diduga menjadi penyebab Steve Jobs mundur dari jabatannya sebagai CEO perusahaan teknologi Apple. Lebih dari tujuh tahun terakhir ini ia memang berjuang melawan kanker pankreas yang langka.

Dari semua kasus kanker di Amerika Serikat, persentase kanker pankreas hanya kecil, tetapi penyakit ini adalah penyebab kematian keempat akibat kanker. Alasannya, kanker ini biasanya baru ditemukan ketika memasuki stadium lanjut, yang sudah sulit untuk disembuhkan.

Selama bertahun-tahun melawan penyakitnya, Jobs sudah melakukan berbagai terapi agresif, termasuk transplantasi hati. Dibandingkan dengan pasien kanker pankreas lain, angka kelangsungan hidup Jobs terbilang tinggi. Namun, keputusannya yang mendadak untuk mundur dari Apple dinilai sebagai sinyal penyakitnya memburuk.

"Sulit menentukan berapa lama Jobs bisa bertahan, tetapi saya menduga tidak lebih dari setahun," kata Zev Wainbergh, ahli kanker organ pencernaan dari UCLA Jonsson Cancer Center, seperti dikutip USA Today.

Jobs menderita tumor pankreas neuroendokrin yang hanya diderita 5 persen dari 43.000 kasus kanker pankreas yang didiagnosis tiap tahun.

"Pasien kanker pankreas biasanya bertahan kurang dari setahun, tetapi kanker yang diderita Jobs biasanya lebih mudah diobati," kata Margaret Tompero, pakar kanker pankreas dari University of California San Francisco, yang tidak menangani penyakit Jobs.

Tumor neuroendokrin, menurut dia, timbul pada sel yang memproduksi hormon pankreas, biasanya tumbuh perlahan sehingga pasien masih bisa hidup lebih dari dua tahun. Jika tumornya masih ada, biasanya kanker akan tumbuh lebih cepat.

"Pasien masih bisa bertahan dengan kondisi ini selama setahun. Tetapi, jika levernya sudah kena perburukan penyakitnya sangat cepat," kata Richard Goldberg, pakar tumor neuroendokrin. Ia menjelaskan, 10 persen pasien yang kankernya sudah menyebar ke seluruh tubuh (metastasis) masih bisa bertahan.

Mengingat passion Jobs yang tinggi pada pekerjaannya, dokter menduga keputusannya untuk melepaskan jabatan sebagai CEO Apple merupakan sinyal ia sudah merasa kondisi penyakitnya tidak bisa dikendalikan.

Pada tahun 2004, Jobs telah melakukan berbagai terapi agresif untuk menyembuhkan tumornya. Tahun 2009, ia melakukan pencangkokan hati. Hal itu menandakan tumornya telah menyebar dari pankreas ke hati sehingga ia harus membuangnya.

"Transplantasi hati dalam kasus tumor ini adakalanya sukses, tetapi perawatannya jangka panjang," kata Tempero.

Setelah tindakan pencangkokan, pasien harus mengonsumsi obat seumur hidup untuk mencegah penolakan tubuh terhadap organ baru. "Tetapi, karena obat ini juga menekan sistem imun, kanker asal bisa timbul kembali dan menyerang lever baru atau organ lain," paparnya.

Tindakan pencangkokan itu bisa menyembuhkan jika kankernya belum menyebar. Pencangkokan juga bisa mengembalikan fungsi lever sehingga usia harapan hidup pasien bisa bertambah.

Aktor Patrick Swayze juga meninggal akibat kanker pankreas pada tahun 2009, demikian juga bintang opera Luciano Pavarotti pada 2007.

Belum diketahui bagaimana dan mengapa sampai terbentuk tumor neuroendokrin pankreas. Akan tetapi, ada beberapa faktor risiko kanker pankreas yang diketahui, antara lain kebiasaan merokok, obesitas, serta kebiasaan mengonsumsi daging merah dan lemak.

Para ilmuwan kini aktif melakukan riset untuk mencari cara mendeteksi penyakit ini lebih dini sehingga peluang kesembuhannya besar. Tidak adanya tanda dan gejala  merupakan ciri khas kanker ini sehingga biasa ditemukan pada stadium lanjut.

Kalaupun ada tanda dan gejala, yang paling umum adalah nyeri perut, berat badan menurun, serta kulit dan mata berwarna kuning. Penurunan berat badan biasanya nyata, rata-rata lebih dari 10 kilogram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com