Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengumpan Beroperasi

Kompas.com - 29/09/2011, 03:32 WIB

Jakarta, Kompas - Bus pengumpan yang terintegrasi dengan bus transjakarta diresmikan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Rabu (28/9). Namun, sejumlah fasilitas pendukung dari moda transportasi yang dulu sering disebut sebagai kebanggaan Kota Jakarta ini terlihat semakin tidak terawat.

Ada tiga rute bus pengumpan yang diresmikan, yaitu rute 1 Sentra Primer Barat-Daan Mogot, rute 2 Tanah Abang-Balaikota, dan rute 3 Sudirman Central Business District (SCBD)- Senayan.

Operator mengoperasikan 15 bus di tiga rute bus pengumpan. Dari semua bus tersebut, enam bus melayani rute 1, empat bus di rute 2, dan lima bus di rute 3.

Bus pengumpan ini berwarna oranye. Kapasitas bus mampu mengangkut 40 penumpang, 20 tempat duduk dan 20 orang berdiri. Tiketnya terintegrasi dengan bus transjakarta, Rp 6.500, dapat digunakan untuk bus pengumpan dan transjakarta sekaligus.

Rochmat, warga Jakarta Selatan yang bekerja di Jakarta Barat, merespons positif. Namun, dia belum berpikir untuk menggantungkan pada bus pengumpan sebab belum yakin jadwal keberangkatannya teratur.

Pihak operator mengakui, keberadaan sarana bus pengumpan belum lengkap. Mereka berharap dapat pelayanan sama dengan bus transjakarta agar tidak merugikan masyarakat pengguna.

”Seharusnya tidak ada perbedaan standar pelayanan antara bus pengumpan dan transjakarta. Dari 25 titik halte yang kami butuhkan, hanya 3 yang sudah bagus. Halte lain masih berupa bangunan semipermanen,” tutur Direktur Ekasari Lorena Transport Rianta Surbakti, Rabu, saat menghadiri peresmian bus pengumpan transjakarta.

Tidak terawat

Berdasarkan pengamatan Kompas, bus dan fasilitas pendukung operasional transjakarta masih jauh dari memuaskan. Koridor VIII Lebak Bulus-Harmoni, misalnya, sebagai koridor terpanjang, makin kedodoran melayani warga. Sekali perjalanan bisa memakan waktu 3-4 jam. Saat jam sibuk, waktu perjalanan bisa lebih panjang lagi.

”Kalau ke Harmoni mending pakai bus biasa saja, lebih cepat. Atau ke Blok M saja dulu,” kata Ika (21), mahasiswi universitas swasta di Jakarta itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com