Sosiolog Musni Umar mengatakan, orang yang tidak betah di rumah lantas lebih banyak menghabiskan waktu di sekitar lingkungan mereka. Tidak ada ruang publik yang memadai di sekitar lingkungan mereka membuat orang akhirnya menghabiskan sebagian waktu dengan nongkrong di ujung gang atau di tepi jalan.
Hal ini diperparah dengan kesibukan pribadi setiap orang. Orangtua sibuk mencari nafkah, memiliki lingkungannya sendiri, dan membereskan rumah. Akibatnya, anak dan remaja sering kali tidak mendapatkan perhatian. ”Pada tataran tertentu, orangtua tidak lagi memiliki wibawa di mata anak-anak mereka,” ujar Musni.
Kondisi ini membuat anak dan remaja lebih mudah terpengaruh pada lingkungan sekitar. Sayangnya, lingkungan sekitar belum tentu baik pula. Hal ini yang membuat orang mudah tergelincir pada tawuran atau aneka bentuk kriminalitas lain.
Musni berpendapat, memperbaiki masyarakat yang punya kebiasaan buruk harus dilakukan menyeluruh. Selain memberikan penyuluhan, membuka lapangan kerja dan sentra pendidikan, langkah yang juga mesti dikerjakan adalah membenahi fisik lingkungan tempat masyarakat itu bermukim.
Penataan bisa dilakukan antara lain dengan mengganti rumah semipermanen yang sesak dengan rumah susun milik yang lebih sehat. Dengan penataan kawasan, ruang terbuka juga bisa ditambah.
Tentu, perlu ada keberpihakan pemerintah untuk membenahi wajah kota sekaligus menyelesaikan persoalan kesehatan jiwa di masyarakat.
(Fransisca Romana Ninik/ Agnes Rita Sulistyawaty)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.