Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buah Lokal yang Terjungkal

Kompas.com - 21/10/2011, 19:58 WIB

”Dalam perdagangan internasional, buah-buahan tropis kini tengah ’naik daun’ alias menjadi tren,” kata Ketua Komite Tetap Pengembangan Pasar Pertanian Kadin Indonesia, Karen Tambayong. Membuktikan hal itu, pada 2010, permintaan pasar dunia untuk buah-buahan tropis ditaksir meningkat 87 persen.

Karena itu, menjadi ironi apabila buah-buahan Indonesia -jangankan dikenal luas di pasar dunia- menjadi tuan rumah di negeri sendiri pun belum. Padahal, buah-buahan lokal ini bisa ”menang” dalam urusan rasa. Nilai gizinya juga lebih baik karena tidak melalui penyimpanan lama atau pengawetan yang menurunkan kualitas.

Buah-buahan impor umumnya bisa disimpan enam bulan hingga setahun. Bentuk luarnya dapat dipertahankan dengan lapisan lilin atau teknik penyinaran, tetapi vitaminnya merosot.

”Buah impor berkualitas tinggi juga ada di Indonesia, tetapi bukan yang dijual murah sampai ke pasar-pasar kecamatan karena harga buah impor berkualitas bagus yang tidak disimpan lama itu mahal,” ujar Reza Tirtawinata, Kepala Divisi Laboratorium dan Riset PT Mekar Unggul Sari yang mengelola Taman Wisata Mekarsari, Bogor.

Selain lebih segar, beberapa buah tropis juga terbukti lebih unggul kandungan vitaminnya dibandingkan buah subtropis. Kandungan vitamin C dan vitamin A pada buah mangga lokal, misalnya, lebih tinggi 10 kali lipat dibandingkan apel impor.

Akan tetapi, buah-buahan lokal kerap kalah ”cantik” dari buah impor. ”Bagaimana bisa cantik kalau pisang dibawa dari kebun dengan ditumpuk-tumpuk dalam truk, ditekan-tekan pula supaya padat,” ujar Reza.

Durian petruk
Selain soal penampilan, ketersediaan pasokan buah-buahan lokal untuk pasar dalam negeri pun belum mencukupi. Di Rumah Durian Harum, Jakarta Barat, misalnya, setiap hari terjual 500-600 durian. Sebagian besar jenis montong yang diimpor dari Thailand karena jenis durian ini pasokannya paling banyak sepanjang tahun dan sudah populer.

”Durian lokal sebenarnya juga ada, tetapi stoknya enggak bisa banyak dan jenisnya berbeda-beda tergantung musim. Durian petruk, misalnya, sebenarnya berkualitas paling bagus, paling mahal, dan laku, tetapi paling lama hanya ada sebulan dalam setahun. Itu pun setiap harinya enggak bisa tersedia banyak,” kata Alan, kepala toko khusus durian ini.

Di toko swalayan premium seperti Kem Chicks Pacific Place, Jakarta, yang konsumennya lebih banyak orang asing, buah tropis lokal sebenarnya diminati. ”Kami memang menyediakan tempat khusus untuk buah lokal karena peminatnya tak kalah dengan buah impor. Ke depan, kami bahkan akan memperbanyak porsi buah lokal,” kata Manajer Toko Kem Chicks Pacific Place, Fofo.

Buah lokal berkualitas bagus, rasa ataupun penampilannya, meski tak banyak, bisa juga ditemukan di pasar. Namun, kadang buah lokal ini justru harus ”didongkrak” dengan nama ”berbau” buah impor. Durian asal Bogor yang rasanya lebih lezat dari montong Thailand, misalnya, dinamai ”montong lokal”.

Pepaya california dan pepaya hawaii yang mulai banyak dijumpai di pasar modern sekitar Jakarta juga merupakan varietas pepaya yang dikembangkan Institut Pertanian Bogor dengan ”nama asli” IPB 3 atau carisya dan IPB 9 atau callina. (CAN/IYA/WKM)

(Nur Hidayati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com