Jakarta, Kompas - Lembaga pelayanan kesehatan, baik rumah sakit, puskesmas, klinik, maupun panti wreda, merupakan tempat berkumpulnya berbagai jenis kuman. Namun, kesadaran tenaga kesehatan, pasien, dan pengunjung untuk mencuci tangan guna menghindarkan penyebaran infeksi terkait layanan kesehatan masih rendah.
”Di seluruh dunia, rata-rata hanya 40-50 persen tenaga kesehatan yang disiplin mencuci tangan,” kata Ketua Riset dan Pengembangan, Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin), Rama Surbakti di Jakarta, Sabtu (10/12).
Pencegahan infeksi terkait layanan kesehatan (healthcare associated infections), dulu disebut infeksi nosokomial, masih menjadi persoalan di seluruh dunia. Kondisi Indonesia pun serupa. Bangunan fisik rumah sakit tidak menjadi ukuran terkendalinya infeksi di rumah sakit terkait.
Ketua Himpunan Perawat Pengendalian Infeksi Indonesia Costy Pandjaitan menambahkan, mencuci tangan masih dianggap enteng oleh banyak tenaga kesehatan. Sesuai ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tenaga kesehatan harus mencuci tangan sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan tindakan yang harus bebas infeksi, setelah terkena cairan tubuh pasien, bersentuhan dengan pasien, dan berhubungan dengan lingkungan sekitar pasien.
Namun, mencegah infeksi bukan hanya tanggung jawab tenaga kesehatan. Pasien, keluarga pasien, dan pengunjung pasien punya kewajiban yang sama untuk mengurangi penyebaran infeksi terkait layanan kesehatan.
Di negara lain, pasien berani menolak disentuh tenaga kesehatan jika mereka tak membersihkan tangan lebih dahulu. Di Indonesia, kondisi ini masih sulit. Bahkan, untuk saling mengingatkan di antara tenaga kesehatan.
Ketua Perdalin yang juga Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Djoko Widodo mengatakan, mencuci tangan tidak harus menggunakan air mengalir dan sabun. Kini, ada cairan khusus berbahan dasar alkohol yang lebih cepat membasmi kuman di tangan.
Untuk menghemat biaya, sejumlah rumah sakit besar, seperti Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan RS Fatmawati, Jakarta, membuat cairan antiseptik sendiri. Dengan kemasan praktis yang dapat dibawa, tenaga kesehatan diharapkan tak lupa cuci tangan sebelum melakukan tindakan medik.
Djoko mengatakan, jenis penyakit yang paling banyak dipengaruhi infeksi terkait layanan kesehatan adalah infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter, infeksi bagian tubuh yang dioperasi, infeksi paru (pneumonia), dan infeksi aliran darah karena infus yang kotor.
”Infeksi ini akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian pasien,” katanya. Infeksi akan membuat masa rawat pasien lebih lama dan biaya kesehatan lebih mahal untuk membeli antibiotik yang lebih kuat.
Menurut Rama, Kementerian Kesehatan mensyaratkan setiap rumah sakit memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi serta memiliki komite pengendalian infeksi rumah sakit.
(MZW)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.