Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suami Menderita Kutil Kelamin

Kompas.com - 05/03/2012, 08:42 WIB

DR SAMSURIDJAL DJAUZI

Saya (28) sudah menikah satu setengah tahun. Keinginan saya untuk punya anak masih terhambat karena suami menderita penyakit kutil kelamin. Menurut dokter, dia masih harus berobat dan selama ini kami dianjurkan menggunakan kondom jika berhubungan intim. Kata dokter, penyakit kutil kelamin disebabkan oleh HPV, tetapi HPV subtipe yang jinak.

Saya sendiri sudah lama menyiapkan diri untuk memelihara kesehatan untuk menjadi ibu yang sehat. Saya sudah menjalani vaksinasi hepatitis B waktu kecil dan sewaktu mahasiswi vaksinasi rubela untuk mencegah cacat pada bayi, juga HPV untuk kanker serviks. Namun, vaksin HPV yang saya gunakan adalah vaksin bivalen yang tujuannya mencegah kanker serviks, tetapi tak dapat melindungi penularan kutil kelamin.

Karena itu, sekarang saya ingin juga terhindar dari penularan kutil kelamin. Apakah saya harus menjalani vaksinasi HPV lagi dengan vaksin yang mengandung 4 subtipe? Apakah ada obat untuk membunuh virus HPV? Bagaimana mengetahui jika suami saya sudah tak menularkan HPV lagi? Apakah suami saya juga harus menjalani vaksinasi HPV? Apakah HPV juga sering dijumpai di negeri kita? Terima kasih atas penjelasan dokter.

N di J

Human papillomavirus (HPV) sering dijumpai di negeri kita. Penelitian di sejumlah rumah sakit di negeri kita menunjukkan bahwa virus ini sering dijumpai, baik pada perempuan maupun laki-laki. HPV mempunyai banyak subtipe, tetapi secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi subtipe yang dapat menimbulkan kanker (onkogenik) dan yang tak menimbulkan kanker (non-onkogenik).

Penyakit kanker yang amat erat hubungannya dengan HPV adalah kanker serviks meski sekarang tampaknya semakin banyak kanker yang juga dihubungkan dengan HPV, seperti kanker anal dan bahkan juga kanker payudara. HPV non-onkogenik juga menimbulkan masalah kesehatan yang juga dampaknya besar, misalnya HPV yang dapat menimbulkan kutil kelamin (genital wart). Kutil kelamin dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan. Pada umumnya, penularan HPV melalui hubungan seksual meski ada sebagian kecil yang bukan melalui hubungan seksual.

Penemuan vaksin HPV merupakan langkah besar dalam bidang kesehatan. Secara teoretis, kita dapat menurunkan risiko kanker serviks dan kutil kelamin melalui imunisasi HPV. Seperti diketahui, kanker serviks merupakan kanker yang sering dijumpai di negeri kita pada perempuan selain kanker payudara. Imunisasi HPV diharapkan akan dapat mencegah kanker serviks dan, jika imunisasi dilakukan dengan cakupan yang luas, diharapkan kanker serviks akan dapat menurun tajam di negeri kita di masa depan. Karena itu, sekarang banyak negara memasukkan imunisasi HPV ke program imunisasi nasionalnya, seperti Amerika Serikat, beberapa negara di Eropa, dan Australia. Bahkan, Malaysia juga sedang dalam proses memasukkan ke program nasionalnya.

Imunisasi

Kita belum mampu memasukkan imunisasi HPV ke program nasional imunisasi kita, tetapi masyarakat dapat menjalani imunisasi tersebut dengan biaya sendiri karena vaksinnya telah tersedia. Di negeri kita terdapat dua macam vaksin. Jenis pertama memiliki tujuan utama mencegah kanker serviks (berisi subtipe 16 dan 18, disebut vaksin bivalen) serta jenis kedua untuk mencegah kanker serviks sekaligus kutil kelamin (berisi subtipe 16, 18, 6, dan 11, disebut vaksin kuadrivalen).

Kedua vaksin ini dianjurkan untuk mulai digunakan pada usia remaja, usia di atas 12 tahun. Jika digunakan pada remaja yang belum melakukan hubungan seksual, efek perlindungannya tinggi. Vaksin ini juga dapat digunakan pada kelompok umur yang lebih tua, tetapi perlindungannya tak sebaik pada remaja. Patut diingat bahwa vaksin ini adalah vaksin pencegahan yang manfaatnya untuk mencegah penularan penyakit, bukan untuk terapi.

Mengenai penatalaksanaan Anda dan suami Anda, saya anjurkan Anda berkonsultasi dengan dokter Anda karena beliaulah yang memahami keadaan Anda berdua. Namun secara umum, memang sebaiknya masyarakat lebih peduli pada masalah HPV. Sudah tentu yang dikhawatirkan masyarakat adalah kanker serviks. Kita memang harus berjuang bersama untuk mencegah kanker serviks di negeri kita. Para pakar di negeri kita juga mulai menaruh perhatian pada HPV, baik yang berkaitan dengan kanker maupun bukan kanker seperti penyakit kutil kelamin.

Kutil kelamin memang bukan kanker, tetapi dampaknya bagi kualitas hidup cukup nyata karena pengobatannya rumit dan penyakit ini sering kambuh. Sampai sekarang, belum ada obat yang membunuh HPV. Karena itu, pengobatan ini bersifat menghilangkan gejala.

Saya optimistis keinginan Anda untuk punya anak akan dapat dibantu oleh dokter Anda. Banyak cara secara medis yang dapat dilakukan untuk mencapai kehamilan tanpa Anda tertular kutil kelamin. Cara-cara tersebut dapat Anda diskusikan dengan dokter Anda. Namun, saya juga ingin mengingatkan kita semua agar pasangan yang ingin merencanakan kehamilan juga memeriksakan diri terhadap HIV.

Di ruang konsultasi ini pernah dibahas panjang lebar tentang manfaat tes HIV sebelum atau dalam kehamilan. Pada intinya, anak dapat dicegah dari penularan HIV dari ibunya yang positif HIV dan, menurut WHO, jika pencegahan ini dilakukan dengan baik, di masa depan tak akan ada lagi kasus baru HIV pada bayi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau